kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika pembatasan BBM jadi Juli, hati-hati inflasi memuncak


Jumat, 04 Maret 2011 / 08:10 WIB
Jika pembatasan BBM jadi Juli, hati-hati inflasi memuncak
ILUSTRASI. Petugas beraktivitas di CARE Contact Center Badan Penyelengra Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan usai persemiannya di Jakarta, Rabu (18/10). Tahun lalu, BPJS Ketenagakerjaan himpun iuran Rp 101,8 miliar dari pekerja migran. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/18/


Reporter: Irma Yani | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pemerintah harus betul-betul mulai mengantisipasi jika pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi benar berjalan Juli 2011. Pasalnya, ini bakal mendorong inflasi Juli 2011 jauh melampaui level Juli 2010. Padahal, inflasi bulan ini biasanya sudah tinggi.

Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Prijambodo menyatakan, inflasi Juli nanti berpotensi melampaui inflasi Juli 2010. Selain kemungkinan pembatasan BBM bersubsidi yang diundur ke Juli, pola tahunan inflasi Juli memang tinggi sebab menghadapi libur dan tahun ajaran baru.

Memang sudah diprediksi beberapa kali, inflasi bisa mencapai 7% di 2011, di atas based line. "Jadi kita katakan based line-nya 6%, jika ada tambahan-tambahan kebijakan, inflasi bisa menjadi 7%," terangnya, kemarin.

Sekadar catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year on year) pada Juli 2010 sebesar 6,22%, sedangkan laju inflasi bulanannya 1,57%. Ini merupakan inflasi tertinggi sepanjang 2010. Kala itu inflasi memuncak karena kenaikan harga beberapa komoditas, terutamanya beras.

Meskipun begitu, Bambang menambahkan, penghitungan tambahan inflasi akibat pembatasan BBM bersubsidi akan berbeda-beda jika diterapkan pada bulan yang berbeda. "Jadi, kalau masuk di bulan yang tekanan harganya tidak besar, maka pengaruhnya itu juga tidak besar. Tapi kalau masuk ke bulan yang tekanan inflasinya tinggi, rembetannya akan besar," jelasnya.

Yang harus diantisipasi adalah efek lanjutan pembatasan BBM bersubsidi. Ini menyangkut proses transmisi pembentukan harga dari pembatasan subsidi yang bakal berlainan di tiap daerah. "Misalnya di Jakarta transportasi tidak naik, namun di Surabaya, misalnya, kita kan tak bisa mencegah harga barang tidak naik," tuturnya.

Semua itu akan tergantung pada implementasi kebijakan itu. Kalau kebijakannya mudah dijalankan, efektivitasnya akan tinggi sehingga dampak turunannya tak besar. Sebaliknya, "Kalau timing-nya kurang tepat, rembetannya akan ke mana-mana," ujarnya.

Pengamat ekonomi UGM Tony Prasetiantono melihat akan sulit bagi pemerintah mewujudkan target inflasi yang sebesar 5,3%. Sebab, pada waktu menetapkan asumsi itu, pemerintah tak memperhitungkan kenaikan harga minyak.

Namun, ia masih yakin inflasi tahun ini bisa 6% dan inflasi Juli meski tinggi tapi tetap tetap di bawah 2%. Sayangnya, dia belum bisa memastikan berapa besaran inflasi pada Juli, jika pembatasan BBM bersubsidi benar dilaksanakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×