kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   0,00   0,00%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

Negosiasi Tarif AS, Indonesia Kaji Alihkan Impor Minyak dari Timur Tengah dan Afrika


Kamis, 15 Mei 2025 / 20:23 WIB
Negosiasi Tarif AS, Indonesia Kaji Alihkan Impor Minyak dari Timur Tengah dan Afrika
ILUSTRASI. Pemerintah tengah mengkaji pengalihan impor minyak mentah dari negara lain ke Amerika Serikat (AS). Sumber foto : energytoday.com


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia tengah melakukan proses negosiasi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS). Di satu sisi, pengalihan impor minyak mentah dari negara lain ke AS tengah dikaji.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kemungkinan pengalihan impor sebagian dari Timur Tengah dan sebagain dari beberapa negara di Afrika.

"Itu yang akan kita kurangi. Tapi semuanya ini sekarang kita lagi mengatur formulasinya yang baik agar kemudian komitmen kita dengan pihak Amerika juga berjalan, tapi komitmen kita dengan negara-negara lain juga tetap tidak terganggu," jelas Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (15/5).

Baca Juga: Impor Minyak Nabati India Anjlok ke Level Terendah dalam Empat Tahun

Bahlil menyebut alasan mengurangi impor karena sebagian besar impor minyak mentah dari dua kawasan tersebut.

"Sampai dengan hari ini masih negosiasi kita dengan tim Amerika, kalau sudah selesai baru kita mulai bicara tentang strategi implementasinya," ujar Bahlil.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia sedang bernegosiasi dengan Amerika Serikat. Ia meminta publik menunggu proses negosiasi. 

"Tentu kita melihat perkembangan apa yang sudah ditandatangani dengan Inggris, dimana Inggris dikenakan base tariff-nya di 10%, kemudian China diberikan tarif 30%. Nah mungkin itu saja yang diperhatikan, khusus untuk Inggris diberi kemudahan lagi untuk yang sektoral, yaitu otomotif aluminium dan baja," ujar Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×