Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Seorang profesor onkologi molekular dari University of Warwick, Lawrence Young mengatakan, mutasi pada varian virus Inggris dapat memengaruhi gejala yang terkait dengan infeksi.
"Varian ini lebih mudah ditularkan dan individu yang terinfeksi tampaknya memiliki beban virus yang lebih tinggi, yang berarti mereka menghasilkan lebih banyak virus," kata dia.
"Hal ini dapat menyebabkan infeksi yang lebih luas di dalam tubuh yang mungkin menyebabkan lebih banyak batuk, nyeri otot, dan kelelahan," lanjutnya.
Baca Juga: WHO menyebut Covid-19 akan jadi endemik, ini pengertian endemik
Menurut dia, virus tersebut memiliki 23 perubahan dibandingkan dengan virus asli Wuhan. Beberapa perubahan ini dapat memengaruhi respons kekebalan tubuh dan rentang gejala yang terkait dengan infeksi.
Namun, profesor virologi di Reading University Ian Jones skeptis dengan temuan ONS tersebut. Sebab menurutnya, virus akan menginfeksi sel yang sama dengan konsekuensi yang sama.
Baca Juga: IDI menyebut sebanyak 21 persen penyintas alami long covid
"Akan menarik untuk melihat apakah ini adalah hasil dari pelaporan sendiri atau jika ada ukuran korelasi yang independen. Secara ilmiah, saya tidak bisa melihat bagaimana itu akan beroperasi," jelas dia.
Apakah vaksin mampu melawan mutasi varian B.1.1.7 ini?
Diberitakan Kompas.com, 30 Desember 2020, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof dr Zubairi Djoerban mengatakan, vaksin akan tetap efektif.
Di sisi lain, para ilmuwan sedang bekerja untuk mempelajari lebih lanjut tentang varian ini untuk lebih memahami betapa mudahnya ia dapat ditularkan dan apakah vaksin resmi saat ini akan melindungi orang terhadap varian baru tersebut.