kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.804   66,00   0,39%
  • IDX 6.254   286,04   4,79%
  • KOMPAS100 892   48,19   5,71%
  • LQ45 707   37,74   5,64%
  • ISSI 193   7,28   3,92%
  • IDX30 373   19,75   5,60%
  • IDXHIDIV20 451   19,32   4,47%
  • IDX80 101   5,64   5,89%
  • IDXV30 106   4,60   4,54%
  • IDXQ30 123   5,40   4,59%

Mengukur efektivitas pengembangan industri petrokimia terhadap defisit neraca dagang


Senin, 29 Juli 2019 / 17:39 WIB
Mengukur efektivitas pengembangan industri petrokimia terhadap defisit neraca dagang


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlu adanya terobosan guna mengatasi tantangan dari defisit neraca perdagangan. Pengembangan industri petrokimia nasional dinilai mampu menahan laju defisit neraca perdagangan yang ada.

Pengembangan TubanPetro menjadi salah satu Program Prioritas Pemerintah pada tahun 2019 dalam kerangka kebijakan penguatan daya saing jangka menengah dan panjang.

Baca Juga: Pengembangan petrokimia TubanPetro diyakini mampu menahan defisit neraca dagang

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono menuturkan, TubanPetro memiliki peluang besar untuk turut berkontribusi menekan defisit transaksi berjalan. 

Achmad Sigit menjelaskan caranya dengan memaksimalkan semua potensi anak usaha, terutama PT Trans Petrochemical Pasific Industri (TPPI). Pertama perlu dibuat masterplant integrated petrochemical cluster.

Nantinya dalam masterplan direncanakan di TPPI yang merupakan anak usaha TubanPetro dibangun aromatic centre dan olefin centre. Saat ini, baru terbangun aromatic plant yang menghasilkan benzene toluene dan xylene (BTX), satu-satunya yang dimiliki Indonesia.

“Rencana strategis Kemenperin terus mendorong agar anak perusahaan TubanPetro yakni TPPI dapat difungsikan memproduksi BTX sesuai dengan desain kapasitasnya. Karena produk-produk tersebut masih diimpor, sehingga bisa dijadikan substitusi impor untuk menghemat devisa,” ucap Sigit, dalam Siaran Pers tertulis yang diterima Kontan pada Senin (29/7).



TERBARU

[X]
×