kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengukur efektivitas pengembangan industri petrokimia terhadap defisit neraca dagang


Senin, 29 Juli 2019 / 17:39 WIB
Mengukur efektivitas pengembangan industri petrokimia terhadap defisit neraca dagang


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

Baca Juga: Kerjasama dengan Adnoc, Pertamina bisa jual BBM, LPG, LNG ke luar negeri

Pengembangan TubanPetro sangat penting diakselerasi, agar defisit tak berulang. Dimana industri petrokimia hulu-hilir memiliki kontribusi cukup signifikan pada defisit neraca perdagangan. Tahun 2018 impor dicatat terus membengkak hingga US$ 15 miliar.

Kemenperin mendorong agar TPPI dioperasikan pada moda BTX yang mempunyai nilai tambah tinggi, sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan dibandingkan hanya untuk mengolah bahan bakar.

Pada sisi hulu, upaya yang lain disebut Achmad Sigit, PT Pertamina bisa lebih meningkatkan investasi untuk menghasilkan naftha maupun condensate sebagai bahan baku untuk aromatic center maupun olefin centre milik TPPI. Rencana pemerintah mendorong petrokimia dengan optimalisasi aset TubanPetro dengan menerbitkan PP Konversi, merupakan langkah tepat.

“Konversi MYB TubanPetro mutlak dilakukan untuk optimalisasi aset, yang nantinya mengurangi defisit neraca perdaganagan sekaligus meningkatkan daya saing industri hilirnya dalam negeri maupun ekspor,” jelas Achmad Sigit. Tentunya langkah ini harus diiringi dengan sinergi antar kementerian agar industri petrokimi nasional bergerak cepat

Saat ini sudah ada tambahan olefin centre dari 2 investor yang diharapkan dalam 2023 sudah bisa mendapatkan tambahan 2 juta ton produk ethylene dan turunannya. “Kalau TPPI sudah beroperasi penuh, diharapkaan dapat mengurangi impor petrokimia sebesar 50%nya,” kata Achmad Sigit.

Baca Juga: Chandra Asri, Mubadala dan OMV berkolaborasi kembangkan industri petrokimia

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menjelaskan, dengan pengembangan industri petrokimia nasional, akan membantu Indonesia keluar dari jebakan defisit. Hal tersebut lantaran dapat memacu industri lain dengan menyediakan bahan baku.

Namun, Piter juga menekankan harus diperhatikan landscape industri mulai dari hulu ke hilir. Industri petrokimia di hulu harus diperkuat.

Dijelaskan sektor manufaktur disebut harus menjadi prioritas dimana didukung pasokan bahan dari petrokimia, belum diperhatikan penuh. Padahal jika Indonesia hanya memanfaatkan komoditas, defisit akan terus terjadi lantaran harga komoditas di pasar global yang fluktuatif dan industri yang berorientasi pada ekspor tak bergerak.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×