kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meneropong Dampak Kenaikan Harga Minyak dan Pelemahan Rupiah pada Ekspor Impor RI


Minggu, 06 Oktober 2024 / 17:11 WIB
Meneropong Dampak Kenaikan Harga Minyak dan Pelemahan Rupiah pada Ekspor Impor RI
ILUSTRASI. Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (8/7/2024). Pada Jumat (4/10) lalu, kurs rupiah spot melemah 2,27% sepekan menjadi Rp 15.485 per dolar Amerika Serikat (AS).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kondisi nilai tukar rupiah melemah dalam sepekan terakhir. Pada Jumat (4/10) lalu, kurs rupiah spot melemah 2,27% sepekan menjadi Rp 15.485 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sejalan dengan itu, harga minyak global kembali meningkat, pasca eskalasi konflik yang memanas di Timur Tengah akibat Israel vs Iran telah mendongkrak harga minyak mentah dunia.

Dalam sepekan, harga West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kompak menanjak lebih dari 9%. Merujuk Trading Economics, dalam sepekan terakhir harga WTI mengakumulasi kenaikan 9,09% ke level US$ 74,38 per barel hingga Minggu (6/10). Pada periode yang sama, harga Brent menguat 9,10% ke posisi US$ 78,05 per barel.

Baca Juga: Prabowo Siapkan Kebijakan untuk Kurangi Beban APBN 2025 dari Kenaikan Harga Minyak

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai, kondisi harga minyak global seperti Brent masih berada di bawah US$ 80 per barel, atau masih di bawah asumsi dalam APBN 2024 yakni harga minyak mentah Indonesia sebesar US$ 82 per barel.

Kondisi tersebut, lanjutnya, seharusnya masih belum menjadi kekhawatiran terhadap perkembangan ekspor dan impor Indonesia. 

Di sisi lain, ia menilai kondisi nilai tukar rupiah saat ini masih di bawah Rp 16.000, sehingga belum memiliki dampak yang signifikan terhadap kondisi keuangan fiskal dalam negeri.

“Saya lihat kondisi saat ini dari sisi harga minyak kelihatannya itu hanya temporary lonjakannya. Karena kalau kita lihat dari sisi permintaan minyak secara global pun juga masih relatif menurun terutama dari konsumen terbesar minyak dunia yaitu China,” tutur Myrdal kepada Kontan, Minggu (6/10).

Baca Juga: Jika Serius Pajaki Para Konglomerat, Makan Bergizi Gratis bisa Tanpa Membebani APBN

Dengan permintaan yang menurun tersebut, Myrdal melihat dampak yang dirasakan dari kenaikan harga minyak hanya sementara saja.

Di samping itu, apabila harga minyak terus melonjak, tampaknya negara-negara penghasil minyak terbesar seperti Arab Saudi dan Rusia sudah siap kembali ke pasar dan menambah pasokannya.

Dengan perkiraan tersebut, Myrdal meramal harga minyak global pada akhir tahun, tidak akan sampai di atas US$ 80 per barel.

Pun meski akan melampaui, asalkan masih di bawah US$ 90 per barel, maka kondisi fiskal Indonesia masih akan relatif aman.

Baca Juga: Stimulus China Berpotensi Angkat Harga Logam Industri, Begini Prospeknya Akhir Tahun

“Kita lihat juga kemungkinan harga komunitas yang lain juga akan mengalami kenaikan kalau itu terjadi. Memang lonjakan pada harga minyak akan memicu harga energi yang lain seperti terutama batubara maupun juga gas dan ini merupakan andalan kita,” ungkapnya,

Myrdal memproyeksikan, kinerja ekspor masih akan tumbuh 4,6% year on year (yoy) pada akhir tahun ini, sementara untuk impor diproyeksikan tumbuh 5,52% yoy. “Jadi untuk pertumbuhan ekonomi kita masih akan berada di level 5,06% untuk tahun ini,” terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×