kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.198.000   7.000   0,32%
  • USD/IDR 16.687   -42,00   -0,25%
  • IDX 8.147   47,62   0,59%
  • KOMPAS100 1.126   2,81   0,25%
  • LQ45 805   2,56   0,32%
  • ISSI 283   1,12   0,40%
  • IDX30 423   1,84   0,44%
  • IDXHIDIV20 479   -1,03   -0,21%
  • IDX80 124   0,90   0,73%
  • IDXV30 134   0,26   0,20%
  • IDXQ30 132   -0,28   -0,21%

Luhut: Pengusaha Vietnam dan Taiwan Ingin Relokasi Pabrik ke Indonesia, Ini Sebabnya


Senin, 28 Juli 2025 / 15:28 WIB
Luhut: Pengusaha Vietnam dan Taiwan Ingin Relokasi Pabrik ke Indonesia, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut bahwa Indonesia semakin dilirik sebagai relokasi industri oleh negara-negara lain. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut bahwa Indonesia semakin dilirik sebagai relokasi industri oleh negara-negara lain, termasuk Vietnam dan Taiwan.

Hal ini dikarenakan tarif impor yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia jauh lebih rendah jika dibandingkan beberapa negara anggota ASEAN.

Misalnya saja, AS mematok tarif impor ke Vietnam sebesar 20%, dan Taiwan sebesar 32%

"Karena tarif 19% ini masih banyak breakdown yang di bawah yang membuat perekonomian kita bagus ke depan. Lapangan kerja, bahkan banyak orang dari Vietnam juga pengen, Taiwan pengen juga relokasi karena 1% very meaningful sebenarnya," Ujar Luhut dalam acara peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia, Senin (28/7).

Baca Juga: Belum Berlaku, Tarif Impor Trump 19% untuk Indonesia Masih Tunggu Ini

Luhut menilai, hal ini sebagai peluang besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, terutama jika diiringi dengan langkah deregulasi yang serius.

Ia menambahkan, dinamika geopolitik dan kebijakan tarif global, termasuk tarif 19% dari AS, justru membuka celah bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok global. Terlebih, Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam seperti mineral kritis, rare earth, hingga rumput laut.

"Jadi tidak ada alasan menurut saya kita tidak bisa tumbuh di 7% hingga 8% pada tahun 2029-2030," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×