kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

LPS: Pertumbuhan ekonomi tidak harus tinggi


Jumat, 08 Mei 2015 / 16:11 WIB
LPS: Pertumbuhan ekonomi tidak harus tinggi
ILUSTRASI. Google akan mengubah kebijakan penggunaan ruang backup chat untuk aplikasi pesan instan WhatsApp di Android. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Antara | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA.  Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 tidak harus setinggi tahun-tahun sebelumnya, namun harus lebih berkualitas sehingga memberikan kepercayaan kepada pasar.

"Pertumbuhan 5% kalau kualitasnya tinggi, didukung infastruktur serta sektor manufaktur yang kompetitif, itu tidak masalah dan bisa diterima oleh investor," ujar Fauzi di Jakarta, Jumat.

Fauzi menuturkan jika melihat pertumbuhan ekonomi global yang berada di kisaran 3% dan Indonesia bisa tumbuh 5% - 5,5% saja namun berkualitas, itu lebih baik dibandingkan memaksakan tumbuh tinggi.

"Artinya, pertumbuhan tersebut bukan karena kenaikan harga komoditas, tapi karena pembangunan proyek infrastruktur yang menyerap tenaga kerja dan membantu masyarakat, otomatis itu adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat," kata Fauzi.

Selain itu, lanjut Fauzi, jika pertumbuhan ekonomi turun di posisi stabil yang tidak mengganggu defisit neraca transaksi berjalan. Hal tersebut akan berdampak lebih baik terhadap kurs rupiah.

"Sebab begini, kalau pertumbuhan ekonomi di atas 6%-7%, otomatis pertumbuhan impor juga besar. Dengan meledaknya impor otomatis defisit neraca transaksi berjalan (CAD) juga akan meledak. Dengan meledaknya CAD tersebut ditambah menguatnya dolar AS, pembiayaan defisit itu akan semakin sulit, otomatis kurs rupiah akan semakin melemah," ujar Fauzi.

Fauzi menambahkan dengan diturunkannya pertumbuhan ekonomi, maka otomatis impor juga akan turun, dan secara otomatis pula neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan akan membaik.

Dengan diturunkannya pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan kredit juga akan ikut melambat. Namun, Fauzi tidak khawatir jika pertumbuhan kredit konsumsi turun selama kredit untuk investasi tumbuh khususnya untuk kegiatan ekspor. (Citro Atmoko)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×