Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berencana mempercanggih alat sadapnya. Sebab, selama ini, keberhasilan KPK dalam menumpas tindak pidana korupsi terutama dalam operasi tangkap tangan tak lepas dari penggunaan alat sadap.
"Mudah-mudahan kalau diberikan anggaran oleh DPR, Insya Allah akan kami lakukan," kata Ketua KPK, Abraham Samad di kantor Kemenkumham, Jakarta,Rabu (25/9/2013).
Wacana itu muncul setelah DPR menyetujui pembelian alat sadap seharga Rp 70 miliar untuk Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Alat sadap yang didatangkan dari Inggris itu masuk dalam rancangan modernisasi alat utama sistem persenjataan Indonesia tahun anggaran 2012.
Menurut Abraham, alat sadap terbaru dan canggih yang dimiliki BAIS TNI bukan merupakan ancaman bagi pihaknya itu. Justru kata Abraham, sesama lembaga negara seharusnya saling berkoordinasi dan bekerja sama untuk memerangi kejahatan.
"Terutama kejahatan korupsi, karena itu memerlukan kerja sama yang luas dengan lembaga-lembaga negara yang ada. Polisi, Kejaksaan, BAIS, BIN dan lain-lain," kata Abraham.
Teknologi alat sadap yang dimiliki KPK saat ini tergolong canggih. Lembaga superĀ body itu membeli alat sadap dengan menggunakan DIPA tahun 2005 dengan jenis portabel A (laptop dan receiver) seharga Rp 1,512 miliar, jenis B Rp 5,25 miliar, dan jenis C Rp 4 miliar. Kemudian satu unit LID monitoring centre (LID MC) seharga Rp 17,31 miliar.
Alat yang bernama audio telecommunication international systems (ATIS) Gueher itu merupakan generasi terbaru dari instant recall recorders (IRC) yang dapat dikoneksikan ke dalam audio source berupa telepon tetap atau ponsel GSM/ AMPS/ CDMA.
Alat pabrikan Jerman itu mampu merekam dan menyadap seluruh komunikasi suara dengan kapasitas aktif lebih dari 680 menit dan 1.000 panggilan yang berbeda.
Di samping itu, kompresi algoritma (rancangan program komputer) yang ada di dalam ATIS telah memperbesar kapasitas penyimpanan dan kualitas suara yang cukup jernih.
ATIS dapat mengidentifikasi penelepon, waktu percakapan terjadi dan nomor penelepon melalui RS 232 link built-in. Begitu nomor disadap, maka alat tersebut langsung merekam mesin ponselnya, termasuk menunjukkan posisi geografis orang tersebut
Mungkin orang bisa saja mengganti nomor ponselnya, tetapi selama dia masih menggunakan ponsel yang sama, ATIS masih bisa menyadap, karena international mobile equipment identity (IMEI)-nya sudah terekam oleh sistem. (Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News