kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kadin Indonesia akan Tetap Melobi Pemerintah China


Selasa, 20 April 2010 / 10:06 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Tri Adi

JAKARTA. Tidak ada istilah berakhir bagi pengusaha. Meski pintu negosiasi ulang antara Pemerintah Indonesia dan China soal Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN-China atau ASEAN China Free Trade Agreement (AC-FTA) sudah tertutup rapat, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) akan tetap melobi China.

Kadin akan meminta renegosiasi 228 pos tarif. "Kami telah menggelar perundingan bilateral," kata Pejabat Sementara Ketua Umum Kadin Adi P. Tahir usai rapat dengar pendapat dengan Komisi Perdagangan (VI) DPR, Senin (19/4).

Adi mengaku, dalam perundingan tersebut berbagai sektor usaha sudah mencapai kata sepakat, misalnya, tekstil dan produk tekstil serta alas kaki. Tinggal baja yang belum menemukan jalan keluar.

Sayang, ia tidak bersedia menjelaskan hasil kesepakatan tersebut. "Ini masih bilateral, nantinya akan dibawa ke tingkat ASEAN," ujarnya.

Menurut Adi, renegosiasi dengan China harus berjalan terus. Soalnya, kalau sukses akan berdampak langsung pada daya saing industri dalam negeri. Apalagi, perlakuan yang diterima pengusaha Indonesia dari pemerintah tidak seimbang dengan perlakuan yang didapat pelaku usaha China dari pemerintahnya.

Pemerintah China menerapkan kebijakan ekonomi yang probisnis. Sebut saja, eksportir mereka mendapat insentif berupa pembiayaan dengan bunga rendah jika ingin menjual barang ke luar negeri. Sedangkan kejadian di Indonesia malah sebaliknya.

Untuk itu, Adi menyarankan agar pemerintah segera merealisasikan kebijakan peningkatan daya saing industri lokal, apalagi sudah ada tim yang dikomandani langsung oleh Menteri Koordinator Perekonomian. Dalam tiga bulan terakhir tim ini tampak sudah menggelar rapat rutin. "Namun, baru tingkat diskusi,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Benny Soetrisno.

Tahun lalu, Benny bilang, neraca perdagangan Indonesia-China berjalan tak seimbang. Ekspor kita ke negara berpenduduk terbesar di dunia tersebut tumbuh sebesar 25,9%, tapi impornya melonjak tinggi 36,5%.

Kalau pemerintah tak mengambil langkah cepat, neraca perdagangan kedua negara akan makin timpang. "Tahun 2015 defisit perdagangan Indonesia-China bisa US$ 47,7 miliar," tegas Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×