kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.280   21,00   0,13%
  • IDX 6.944   39,53   0,57%
  • KOMPAS100 1.011   9,10   0,91%
  • LQ45 769   6,42   0,84%
  • ISSI 230   2,11   0,93%
  • IDX30 395   2,10   0,54%
  • IDXHIDIV20 455   1,70   0,37%
  • IDX80 113   1,22   1,09%
  • IDXV30 115   1,19   1,05%
  • IDXQ30 128   0,74   0,59%

Jubir Kemenko: Proses Negosiasi Tarif dengan AS Kemungkinan Rampung Melebihi Agustus


Rabu, 09 Juli 2025 / 15:17 WIB
Jubir Kemenko: Proses Negosiasi Tarif dengan AS Kemungkinan Rampung Melebihi Agustus
ILUSTRASI. proses negosiasi untuk tarif AS untuk Indonesia kemungkinan akan berlangsung melebihi Agustus 2025.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump yang tetap menetapkan tarif tambahan sebesar 32% mulai 1 Agustus 2025, di luar tarif sektoral yang telah berlaku sebelumnya untuk seluruh produk asal Indonesia menjadi pukulan bagi pemerintah.

Pasalnya, pemerintah masih harus ekstra kerja keras, mengambil kesempatan untuk kembali melakukan negosiasi dengan AS, dengan harapan terakhir tarif bisa diturunkan.

Adapun AS, masih membuka peluang negosiasi hingga akhir Juli 2025 sebelum kebijakan tarif tersebut benar-benar diberlakukan.

Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto mengungkapkan, pemerintah memperkirakan proses negosiasi kemungkinan akan berlangsung melebihi Agustus 2025.

Baca Juga: Negosiasi Tarif Trump 32%, Indonesia Bakal Beli Produk Pertanian dan Energi dari AS

“Kita belum menganggap ini selesai, karena di surat mereka juga menyampaikan bahwa pertama tadi dia masih Agustus dan kemudian juga saya merasa lewat Agustus 2025 pun ini negosiasi juga belum selesai,” tutur Haryo dalam Media Briefing, Rabu (9/7).

Haryo menyebut, proses negosiasi tarif bagi Indonesia masih terbuka lebar. Diharapkan dalam kesempatan ini pemerintah Indonesia bisa menegosiasikan kesepakatan tarif yang sesuai.  Meski demikian, ia tidak membeberkan besaran tarif yang diinginkan oleh pemerintah.

Namun Haryo menambahkan, pemerintah Indonesia berharap, tarif yang dikenakan ke Indonesia oleh AS, lebih rendah dari negara-negara di ASEAN.

Sebagai gambaran, untuk kawasan Asia, Myanmar dan Laos dikenakan tarif terbesar yakni 40%. Disusul, Thailand dan Kamboja sebesar 36%, Indonesia 32%, dan Malaysia 25%. Selanjutnya ada Vietnam 20%, Kamboja 36%, Korea 25%. Kamboja 36%, dan Bangladesh 35%.

“Selama ini kita juga termasuk yang tinggi (tarif dikenakan oleh AS) di ASEAN. Jadi kita minta (tarif) yang kira-kira yang kita sama atau bisa lebih rendah daripada yang di ASEAN,” kata Haryo.

Lebih lanjut, Haryo membeberkan, proses negosiasi perdagangan ini memang akan dilakukan seumur hidup. Kebijakannya pun akan berubah dengan dinamis.

Baca Juga: Negara-Negara Asia Mendesak AS beri Keringanan Tarif Sebelum Batas Waktu 1 Agustus

“Jadi apabila, tapi saat ini karena memang Amerika dan menyampaikan ini karena kepentingan nasional mereka ya ke beberapa negara, ya tentu kita melihat, pertama tadi kita bilang bahwa Indonesia negara yang strategis, Anda mungkin harus mempertimbangkan ulang,” tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Arlangga Hartarto telah dijadwalkan untuk melakukan pertemuan dengan wakil pemerintahan AS merespon kebijakan Trump, untuk mendiskusikan ulang kebijakan tarif dari AS. Airlangga dijadwalkan bertemu dengan wakil pemerintahan AS, setidaknya tiga hari kedepan.

Haryo mengatakan dalam pertemuan itu, pemerintah Indonesia akan mengoptimalkan proses negosiasi demi menjaga kepentingan nasional.

Namun begitu, Haryo tidak menjelaskan detail apa saja yang nantinya akan ditawarkan pemerintahan Indonesia untuk menekan tingginya tarif impor yang akan diterapkan oleh AS.

Selanjutnya: 6 Rekomendasi Minuman Terbaik untuk Mengobati Sakit Tenggorokan

Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Minuman Terbaik untuk Mengobati Sakit Tenggorokan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×