Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
NEW YORK. JPMorgan Chase & Co menaikkan penilaian mereka tentang pasar saham Indonesia satu tingkat menjadi netral dari sebelumnya underweight dalam laporannya yang dirilis Senin (16/1). Alasannya, volatilitas pasar obligasi di emerging market menyusul kemenangan Donald Trump sebagai presiden terpilih AS semestinya saat ini sudah mereda.
Seperti dikutip Bloomberg, upgrade ini hanya berselang dua pekan setelah Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghentikan kerja sama dengan JPMorgan. Indonesia mengambil langkah tersebut terkait dengan laporan JPMorgan sebelumnya yang menurunkan level rekomendasi pasar saham Indonesia sebanyak dua level dari overweight menjadi underweight pada 13 November 2016 silam.
"Penurunan rekomendasi pasar saham Indonesia pada dua bulan lalu itu lantaran kami melihat adanya risiko redemption dan risiko volatilitas di pasar obligasi," ujar Adrian Mowat, analis JPMorgan.
Dana asing keluar sebesar US$ 2,8 miliar dari bursa saham dan pasar obligasi Indonesia dalam kuartal terakhir 2016 menyusul kemenangan Trump. Itu mendorong pelemahan rupiah yang membuat pemerintah melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan rupiah.
Pemerintah Indonesia menerima dengan baik penilaian baru JPMorgan tersebut. "Rekomendasi netral yang disematkan tersebut lebih sesuai dengan fundamental Indonesia," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, senin (16/1).
Mowat mengatakan, JPMorgan menaikkan satu level menjadi netral karena saat ini tanda-tanda yield obligasi AS telah mencapai puncaknya. Ini membuat potensi dana asing bisa kembali ke bursa saham emerging market. Menurutnya, keputusan menaikkan level rekomendasi pasar saham Indonesia satu tingkat menjadi netral tidak ada kaitannya dengan aksi Pemerintah Indonesia yang memutuskan kerja sama dengan JPMorgan. Salah satunya, pemurusan kontrak JPMorgan sebagai dealer utama SUN (Surat Utang Negara).
Alan Richardson, manajer investasi Samsung Asset Management di Hong Kong berpendapat, menaikkan level rekomendasi menjadi netral ini menyiratkan rekomendasi dari hard sell menjadi soft sell. "Langkah JPMorgan ini bisa dibilang sebagai kompromi kepada pemerintah karena riset sebelumnya membuat dampak agak negatif," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News