Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa saat ini investor global tengah menghadapi tekanan akibat ketidakpastian yang sangat tinggi sehingga mereka memilih untuk melepas asetnya, baik saham maupun surat Berharga Negara (SBN).
"Dan sekarang, cash is king!" jelas Gubernur PI Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara virtual lewat akun Youtube resmi BI, Kamis (19/3).
Baca Juga: BI pangkas suku bunga acuan, rupiah tetap loyo ke level Rp 15.913 per dolar AS
Namun, Perry menekankan bahwa pemindahan tersebut bukan masalah fundamental, akan tetapi memang cenderung bentuk kepanikan akibat premi risiko yang tinggi.
Meski begitu, Perry juga mengatakan bahwa ketidakpastian global ini membuat aliran investasi portofolio mengalami pembalikan modal.
Ia memerinci, investasi portofolio yang masuk secara netto sebesar US$ 5,1 miliar, dari awal tahun hingga Februari 2020. Namun, turun menjadi US$ 365 juta hingga 17 Maret 2020, atau lebih rendah dari perkembangan kuartal IV-2019 yang secara netto tercatat seebsar US$ 6,59 miliar.
Baca Juga: Kondisi sedang bergejolak, sejumlah perusahaan tetap terbitkan obligasi
"Penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik akibat Covid-19 ini yang menekan nilai tukar rupiah," tambah Perry.\
Pelemahan rupiah semakin dalam. Bahkan, hingga hari ini (19/3) nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menurut Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), telah menyentuh angka Rp 15.712.
Perry melanjutkan, bahwa dari awal tahun hingga kemarin (18/3), rupiah secara rerata melemah 5,18% bila dibandingkan Februari dan secara point to point harian melemah 5,72%. Itu berarti, dibandingkan akhir 2019, depresiasi rupiah sebesar 8,77%.
"Ini juga seiring dengan pelemahan mata uang negara lainnya," kata Perry.
Baca Juga: Turunkan suku bunga 25 bps, BI siapkan 7 langkah untuk topang pertumbuhan ekonomi
Untuk selanjutnya, Perry mengaku bahwa BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamental mekanisme pasar. Selain itu, BI juga kan melakukan peningkatan intensitas stabilisasi lewat triple intervention.
Triple intervention yang dimaksud adalah dengan intervensi di pasar spot, relaksasi domestic non delivery forward (DNDF), serta pembelian SBN yang telah dilepas investor di pasar sekunder.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar itu, BI akan optimalkan operasi moneter untuk pastikan mekanisme pasar dan ketersediaan baik di pasar uang dan pasar valas," tandas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News