kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Inflasi Naik, Masyarakat Cenderung Mengubah Pola Konsumsi


Selasa, 11 Oktober 2022 / 19:14 WIB
Inflasi Naik, Masyarakat Cenderung Mengubah Pola Konsumsi
ILUSTRASI. Pengunjung memilih busana?pada?sebuah gerai pusat perbelanjaan di Depok, Jawa Barat, Selasa (12/4/2022). (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja penjualan eceran diperkirakan menurun pada September 2022. Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada bulan tersebut sebesar 200,0, atau turun 0,9% secara bulanan. 

Dewan Penasehat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta lalu menceritakan fakta di lapangan. Menurutnya, memang, gairah masyarakat untuk berbelanja di ritel mulai meredup. Ini sehubungan dengan masih tingginya ketidakpastian dan meningkatnya inflasi. 

Tutum mengungkapkan, kondisi inflasi yang mendaki ini membuat masyarakat mengubah pola konsumsi, yaitu lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Masyarakat juga cenderung berbelanja sesuai dengan skala prioritas. 

“Jadi dengan naiknya inflasi, masyarakat cenderung mengutamakan kewajibannya dulu. Seperti membayar cicilan, memenuhi kebutuhan pokok. Kalau untuk kebutuhan yang non pokok, mereka lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya,” terang Tutum kepada Kontan.co.id, Selasa (11/10). 

Baca Juga: Di Tengah Ketidakpastian Global, Airlangga Klaim Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat

Dalam memenuhi kebutuhan pokok pun, Tutum melihat masyarakat cenderung untuk membeli barang yang lebih ekonomis dan mengubah pola konsumsi. Seperti, yang tadinya membeli dalam skala banyak untuk keperluan mingguan maupun bulanan, menjadi untuk keperluan harian. 

Tak jarang yang mengubah pola hidup makan di luar. Mungkin saja biasanya satu keluarga makan di pusat perbelanjaan dua kali dalam seminggu, ini memilih untuk makan di luar seminggu sekali, dua kali seminggu, atau malah memasak makanannya sendiri. 

Apalagi untuk bukan kebutuhan pokok, seperti membeli pakaian, sepatu, maupun hiburan seperti nonton bioskop dan karaoke, masyarakat cenderung untuk mengurangi porsi belanja dalam kelompok ini. 

“Jadi masyarakat akan memprioritaskan kebutuhan utamanya. Mereka cenderung melihat mana yang bisa ditahan? Atau jangan membeli barang yang tidak penting, dan lain-lain,” tambahnya. 

Baca Juga: Menko Airlangga Pede Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Akhir 2022 Bisa Tembus 5,2%

Tutum tak bisa memprediksi kapan ketidakpastian ini akan berakhir. Terlebih, kunci ketidakpastian ini terjadi di eksternal, yaitu perang antara Rusia dan Ukraina yang memberi dampak ke seluruh dunia. Inflasi yang tinggi membuat bank-bank sentral mengerek suku bunga acuan mereka. 

Namun, ia berharap kondisi ketidakpastian akan berkurang sehingga kegiatan ekonomi kembali bergulir normal. Sembari menunggu ini terjadi, tentu Tutum dan para pelaku usaha ritel berupaya mempertahankan usaha dengan mengeluarkan berbagai strategi untuk bertahan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×