Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di luar ekspektasi pasar, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12% secara tahunan atau year on year (yoy) di kuartal II-2025.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87%, bahkan merupakan pertumbuhan yang tertinggi sejak kuartal II-2023.
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, jika melihat data BPS lebih rinci, berdasarkan komponen pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Diprediksi Capai 5%, Ini Faktor Pendorongnya
Ia melihat data konsumsi rumah tangga yang dilaporkan BPS pada kuartal II-2025 mencapai 4,97% yoy, meningkat dari kuartal sebelumnya 4,89% yoy.
“Secara angka, ini tampak menunjukkan arah yang positif. Tapi ketika kita bandingkan dengan berbagai indikator lapangan, ada beberapa dinamika yang tampaknya belum sepenuhnya tercermin dalam angka makro tersebut,” tutur Yusuf kepada Kontan, Rabu (6/8)/2025.
Data-data tersebut di antaranya, penjualan kendaraan bermotor yang justru mengalami kontraksi. Penjualan sepeda motor pada kuartal I 2025 turun 2,09% dan mobil turun 8,6% dibandingkan semester I 2024.
Di saat yang sama, penerimaan negara dari pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) turun hampir 20% yoy.
Baca Juga: Ekonomi Kuartal II 2025 Tumbuh 5,12%, Ekonom Ragukan, Pemerintah Tepis Ada Permainan
“Ini bisa menjadi indikasi bahwa aktivitas konsumsi, terutama barang-barang tahan lama atau non-esensial, belum sepenuhnya pulih,” ungkapnya.
Selanjutnya, dari sisi penjualan eceran, Yusuf mencatat, Indeks Penjualan Ritel (IPR) sempat menguat pada Maret 2025 di 248,3, tetapi sejak April 2025 cenderung stagnan menjadi 233,7 pada Juli 2025.
Kemudian dari sektor produksi, Purchasing Managers' Index Manufaktur (PMI) Manufaktur Indonesia terus berada di bawah level 50 sejak April 2025 mencapai 46,7, yang menandakan aktivitas industri melemah dan ini biasanya berkaitan erat dengan permintaan domestik.
Dengan kondisi seperti ini, Yusuf menilai, pertumbuhan konsumsi yang dipaparkan oleh BPS bisa jadi tidak merata antar kelompok pendapatan.
Baca Juga: Ekonom: Data Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025 5,12% Tak Mencerminkan Kondisi Riil
Menurutnya, bisa saja pertumbuhannya lebih didorong oleh kelompok atas, sementara kelompok menengah dan bawah belum pulih secara penuh.
“Ini penting untuk dicermati, karena kalau diagnosis kondisi ekonomi masyarakat tidak tepat, kebijakan yang dirancang bisa kurang tepat sasaran,” tambahnya.