Reporter: kompas.com, Siti Masitoh | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2025 mencapai 5,12% secara tahunan (year on year/YoY). Namun data BPS menjadi sorotan media asing karena melebihi perkiraan ekonom.
BPD mengumumkan perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku kuartal II 2025 mencapai Rp5.947,0 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp3.396,3 triliun.
Pertumbuhan ekonomi secara tahunan sebesar 5,12%. Pertumbuhan ekonomi ini juga tumbuh 4,87% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menyampaikan, bila dilihat berdasarkan komponennya, keseluruhan komponen ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif, kecuali konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi.
“Komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar adalah konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB),” tutur Edy dalam konferensi pers, Selasa (5/8).
Baca Juga: Mobil Listrik Ini Paling Banyak Diujicoba di GIIAS 2025, Berapa Harga Aion UT
Adapun konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% YoY naik dari kuartal sebelumnya sebesar 4,89% YoY, dengan kontribusi sebesar 54,25%. Pertumbuhan konsumsi menandakan masih kuatnya permintaan domestik.
PMTB atau investasi tumbuh 6,99% YoY, tumbuh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 2,12% YoY, dengan kontribusi 27,83%.
“Dengan demikian, 82,08% Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II berasal dari konsumsi rumah tangga dan PMTB,” ungkapnya.
Selanjutnya, kinerja ekspor tumbuh 10,67% YoY, meningkat dari kuartal sebelumnya sebesar 6,78% YoY, dengan kontribusi sebesar 22,28% YoY.
Edy membeberkan, pertumbuhan ekspor didorong oleh kenaikan nilai ekspor non minyak dan gas (migas) dan kunjungan wisatawan mancanegara.
Konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 0,33% YoY, lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 1,38% YoY. Ekspor pada periode ini berkontribusi sebesar 6,93% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh sebesar 7,82% YoY, meningkat dari kuartal sebelumnya sebesar 3,07% YoY, dengan kontribusi sebesar 1,35%.
Terakhir, kinerja impor tumbuh 11,65% YoY, tumbuh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 3,96% YoY, namun kontribusinya negative 20,66%.
Pertumbuhan impor didorong oleh kenaikan impor barang modal serta bahan baku dan penolong, baik secara nilai maupun volume.
Baca Juga: Isu Harga BYD Atto 1 Naik, Ini Jawaban Resmi, Cek Juga Harga Mobil Listrik BYD Lain
Sorotan media asing
Dilansir dari Kompas.com, media asing arus utama seperti CNBC, Reuters, hingga VNA menyoroti capaian ekonomi Indonesia lebih tinggi dari ekspektasi pasar, termasuk jajak pendapat Reuters yang memperkirakan pertumbuhan kuartal II hanya 4,80% saja.
CNBC per Selasa (5/8/2025) menuliskan capaian pertumbuhan ekonomi Tanah Air melampaui ekspektasi pasar dan disebut sebagai yang tertinggi sejak kuartal II-2023. Sebelum rilis data BPS, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 4,6% hingga 5,4% untuk tahun ini.
BI telah menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak empat kali sejak September 2024 untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
CNBC melaporkan Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang menunjukkan daya tahan ekonomi kuat di tengah tekanan global. Sejumlah analis internasional memandang tren ini sebagai sinyal positif, meskipun beberapa indikator domestik seperti konsumsi dan belanja pemerintah masih menunjukkan tantangan.
Reuters juga melaporkan hal serupa. Media keuangan global ini mencatat bahwa kinerja ekonomi Tanah Air pada kuartal II melebihi dari survei mereka yang memperkirakan pertumbuhan hanya 4,80%.
Tonton: Mendag Bongkar Barang Impor Bermasalah, Nilainya Mencapai Rp26,4 Miliar!
Tak hanya itu, media asal Vietnam, VNA, memberitakan bahwa berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan, menyumbang 2,64 poin persentase terhadap produk domestik bruto (PDB). Investasi, yang tercermin lewat pembentukan modal tetap bruto (PMTB), menyumbang 2,06 poin, sementara konsumsi pemerintah hanya berkontribusi 0,22 poin.
Meski tampak positif, sejumlah ekonom mempertanyakan kekuatan fundamental di balik capaian tersebut. Konsumsi masyarakat belum pulih sepenuhnya, sementara investasi swasta masih tampak menunggu arah kebijakan yang lebih jelas.
Lebih jauh, lanjut VNA, sejumlah indikator lain turut memperkuat keraguan. PMI manufaktur yang konsisten di bawah level 50 sepanjang kuartal II menunjukkan sektor industri masih dalam fase kontraksi. Penurunan penerimaan pajak konsumsi dan lesunya penjualan kendaraan juga menggambarkan lemahnya daya beli masyarakat.
Baca Juga: Pengumuman Seleksi PPPK Nakes Kejaksaan 2025 Hanya Di Biropeg.kejaksaan.go.id
Selanjutnya: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Capai 5,12% Saat Kredit dan Ekspansi Usaha Lesu
Menarik Dibaca: Inilah Buah Paling Sehat Menurut Para Ahli yang Bisa Anda Konsumsi, Apakah Itu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News