kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri manufaktur dan keuangan penopang penerimaan pajak


Senin, 25 Mei 2020 / 13:49 WIB
Industri manufaktur dan keuangan penopang penerimaan pajak
ILUSTRASI. Penerimaan pajak sampai dengan akhir April 2020 tercatat turun 3,09% secara tahunan.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Staf Ahli Menteri Keuangan Yon Arsal menambahkan dalam situasi pandemi saat ini otoritas pajak terus memantau perkembangan ekonomi yang berlangsung. Yon menyampaikan saat ini memang beberapa dunia usaha merasakan dampak ekonomi yang cukup dalam, tapi sektor lain masih menunjukkan potensinya.

Mengingat masih ada potensi penerimaan pajak, Yon bilang extra effort Ditjen Pajak tetap melakukan pengawasan kepada wajib pajak sampai dengan pemeriksaan, tapi dengan cara yang berbeda. Sebab, beberapa kegiatan ekstensifikasi dengan tatap muka pada saat ini tidak bisa dilakukan karena adanya protokol kesehatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

“Pembelajaran dari Covid-19 ini tentu akan memengaruhi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak ke depan dalam optimalisasi penerimaan. Sehingga menyesuaikan dengan kondisi cara bekerjanya yang akan berubah. Dinamika cepat terjadi, dari pusat sampai Kantor Pelayanan Pratama (KPP) akan memantau penerimaan pajak saat ini,” kata Yon.

Baca Juga: Hingga April, defisit APBN 2020 capai Rp 74,5 triliun

Industri manufaktur sulit dipertahankan

Pengamat Pajak Danny Darussalam Tax Center (DDTC) Darussalam mengatakan perlu diwaspadai bahwa kinerja sektor manufaktur akan menurun pada Mei 2020. Sebab, potensi perlambatan seiring dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia yang mulai di bawah level 50, yakni Maret di level 45,3 dan April yakni 27,5.

Darussalam menambahkan indikasi lain juga terlihat dari penurunan pos pajak penghasilan (PPh) Badan serta mulai terganggunya kegiatan ekonomi seiring dengan adanya PSBB. Ini sejalan dengan menurunnya aktivitas konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak industri manufaktur.

Baca Juga: Kemenkeu: Realisasi belanja pemerintah pusat hingga April capai Rp 382,5 triliun

Darussalam mengatakan, penerimaan sektor jasa keuangan akan relatif stabil. Krisis kali ini lebih memukul sektor riil dan belum terlalu berdampak bagi kegiatan finansial.

“Saya rasa pertumbuhan kedua sektor tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh relaksasi dan stimulus yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, bukan satu-satunya. Untuk sektor manufaktur saya menduga pertumbuhannya bisa jadi negatif di periode selanjutnya,” kata Darussalam kepada Kontan.co.id, Minggu (24/5).

Baca Juga: Stimulus pariwisata Rp 25 triliun berdampak signifikan asal cepat dan tepat sasaran

Darussalam mengimbau pemerintah perlu untuk menjaga kinerja pos penerimaan PPN meski tren hingga April 2020 memang terdapat indikasi penurunan. “Walau demikian, saya percaya bahwa kegiatan konsumsi mungkin berkurang tapi tidak akan terpengaruh banyak. Hal yang membedakan ialah perubahan cara konsumsi yang kini semakin bergeser kepada sektor digital. Oleh karena itu, strategi untuk memajaki PPN PMSE adalah langkah jitu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×