kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.278.000   -12.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.695   42,00   0,25%
  • IDX 8.275   111,21   1,36%
  • KOMPAS100 1.154   17,76   1,56%
  • LQ45 844   12,45   1,50%
  • ISSI 286   3,78   1,34%
  • IDX30 443   6,51   1,49%
  • IDXHIDIV20 512   8,80   1,75%
  • IDX80 130   2,06   1,61%
  • IDXV30 137   1,09   0,80%
  • IDXQ30 141   2,17   1,57%

Indonesia Masih Surplus Perdagangan dengan AS, Tetapi Defisit dengan China


Senin, 03 November 2025 / 13:31 WIB
Indonesia Masih Surplus Perdagangan dengan AS, Tetapi Defisit dengan China
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat petikemas di Jakarta International Container Terminal (JICT). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia kumulatif sejak Januari hingga September 2025 mencapai US$ 33,48 miliar.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia kumulatif sejak Januari hingga September 2025 mencapai US$ 33,48 miliar. Jumlah ini lebih besar dari periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 22,18 miliar.

Indonesia juga masih mencatatkan surplus neraca dagang dengan Amerika Serikat (AS) meski tarif resiprokal 19% sudah berlaku sejak 7 Agustus 2025 lalu.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa di Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini membeberkan, Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang dengan AS sepanjang Januari hingga September 2025 sebesar US$ 15,70 miliar. Rinciannya kinerja impor sebesar US$ 7,33 miliar, dan ekspor lebih besar yakni US$ 23,003 miliar.

“Penyumbang surplus terbesar adalah meskin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61), dan alas kaki (HS 64),” tutur Pudji dalam konferensi pers, Senin (3/11/2025).

Baca Juga: BPS: RI Paling Banyak Impor dari China, Januari-September 2025 Capai US$ 62,07 Miliar

Selanjutnya, penyumbang surplus terbesar kedua adalah dengan India mencapai US$ 10,52 miliar, dengan ekspor mencapai US$ 14,02 milia, dan impor US$ 3,50 miliar.

Komoditas penyumbang terbesar adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).

Kemudian, dengan Filipina surplus dagang Indonesia mencapai US$ 6,45 miliar, dengan kinerja ekspor mencapai US$ 7,68 miliar, dan ekspor US4 1,23 miliar.

Komoditas penyumbang surplus terbesar dengan negara tersebut adalah kendaraan dan bagiannya (HS 87), bahan bakar mineral (HS 27), serta lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15).

Negara Penyumbang Defisit Neraca Dagang RI

Pudji juga menyebutkan, China, Australia, dan Thailand menjadi tiga negara menyumbang defisit neraca dagang tertinggi Indonesia sepanjang Januari-September  2025.

Ia membeberkan, defisit neraca dagang Indonesia dengan China mencapai US$ 15 miliar, dengan kinerja impor paling tinggi sebesar US$ 62,07 miliar, dan ekspor US$ 46,47 miliar.

Baca Juga: Ekspor Non Migas ke AS Paling Tinggi Sepanjang Januari–September 2025

Komoditas penyumbang utamanya adalah meskin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87).

Lalu, dengan Australia mencatatkan defisit US$ 3,38 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit utama adalah Serealia (HS 10), bahan bakar mineral (HS 27), bijih logam, terak, dan abu (HS 26).

Terakhir, dengan Thailand mencatatkan defisit sebesar US$ 1,29 miliar. Penyumbang defisit terdalam adalah komoditas plastik dan barang dari plastik (HS 29), gula dan kembang gula (HS 17), serta mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84).

Baca Juga: Impor Konsumsi dan Bahan Baku Kompak Turun Sepanjang Januari-September 2025

Selanjutnya: BRI Dorong Pertumbuhan Pendapatan Nonbunga Lewat Layanan Wealth Management

Menarik Dibaca: Promo J.CO Combo Bliss 3-7 November, Paket 1/2 Lusin Donuts + 2 Minuman Harga Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×