kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Impor Pangan Kembali Dibuka, Belum Jamin Harga Akan Stabil


Kamis, 20 Februari 2025 / 13:45 WIB
Impor Pangan Kembali Dibuka, Belum Jamin Harga Akan Stabil
ILUSTRASI. Pemerintah memutuskan melakukan impor sejumlah komoditas pangan pada tahun ini. Beberapa komoditas yang bakal diimpor antara lain, gula, daging sapi dan daging kerbau.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah memutuskan melakukan impor sejumlah komoditas pangan pada tahun ini. Beberapa komoditas yang bakal diimpor antara lain, gula, daging sapi dan daging kerbau.

Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (Core) Eliza Mardian menyebutkan sejumlah faktor yang menyebabkan impor bahan pangan tersebut dilakukan. Misal, untuk impor gula mentah yang dilakukan pemerintah saat ini dalam menjaga stok menjelang Ramadan.

“Gula mentah yang diimpor ini tidak bisa langsung dikonsumsi masyarakat, harus diolah dulu. Dan biasanya raw sugar ini dibutuhkan industri makanan, minuman dan farmasi,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (20/2).

Eliza mengungkapkan, selama ini Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan, karena produksi di dalam negeri belum mencukupi. Menurutnya, revitalisasi pabrik gula juga menjadi catatan serius buat Indonesia.

“Untuk revitalisasi industri gula ini perlu bertahap, nggak bisa langsung instan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Masih Akan Impor Pangan Tahun Ini, Ada Gula, Daging Kerbau dan Sapi

Begitu pula impor daging sapi dan kerbau karena produksi sapi dalam negeri belum mencukupi. Eliza menyebut, porsi impor daging sapi dan kerbau masih sekitar 54% dari total kebutuhan.

“Jadi impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi daging sapi kita tidak memadai. Produksi dalam negeri belum memadai karena populasi ternak tidak banyak dan mayoritas peternak kita itu skala kecil,” tuturnya.

Lebih lanjut, Eliza menambahkan, meski impor telah dilakukan nantinya, namun belum menjamin kestabilan harga pada komoditas tersebut. Menurutnya, stabil atas tidaknya harga bakal bergantung pada pendistribusian  serta pengawasannya kelak.

“Mengimpor dalam jumlah besar pun ketika pendistribusiannya terganggu, lambat, tidak merata ini bisa mengerek harga. Terkadang harga tidak mencerminkan supply sesungguhnya, karena ada middleman yang dapat mendistorsi pasar,” tandasnya.

Baca Juga: Pemerintah Buka Peluang Impor 100.000 Ton Daging Kerbau dari Pakistan

Diberitakan sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menyebut pemerintah telah memutuskan kembali melakukan impor beberapa komoditas yakni gula, daging sapi dan kerbau.

"Tadinya enggak ada yang direncanakan impor, orang kita enggak mau impor kok, tapi ini berkaitan sama cadangan pangan aja," kata Arief usai Rakor Pangan Jelang Ramadan dan Lebaran 2025, di Kantornya, Rabu (19/2).

Arief mengatakan sesuai dengan keputusan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas), pemerintah akan melakukan impor 200.000 ton gula.

Impor gula ini ditargetkan bisa mulai membanjiri tanah air sebelum musim giling tiba pada April hingga Mei mendatang.

Sementara, impor daging kerbau sebanyak 100.000 ton juga sudah mulai berjalan.

Arief bilang proses importasi daging kerbau dilakukan oleh BUMN Pangan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dengan kuota impor 50.000 ton dan PT Berdikari 50.000 ton.

"Itu sudah rilis izin impornya tinggal kedatangan saja," jelasnya. 

Baca Juga: Bapanas Targetkan Impor Gula 200.000 Ton Masuk Sebelum April 2025

Terakhir, pemerintah juga memutuskan untuk impor daging sapi sebanyak 180.000 ton yang akan ditugaskan kepada BUMN Pangan sebanyak 100.000 ton dan swasta 80.000 ton.

"Jadi cuma gula, kerbau dan sapi. Sapi dan kerbau karena produksi dalam negeri kurang, sapi hidupnya hanya sekitar 60% sapi bakalan yang bisa dipotong. Sapi bakalan itu sapi datang, kecil, terus digemukin," urainya.

Selanjutnya: Pertamina Catat Pendapatan Rata-rata Tumbuh 15% dalam 3 Tahun

Menarik Dibaca: Daftar 9 Nama Selebriti Besar Korea yang Pernah Kena Cancel Culture

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×