kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Hilirisasi Industri Pertanian Perlu Didorong untuk Dorong Perekonomian


Selasa, 06 Mei 2025 / 18:24 WIB
Hilirisasi Industri Pertanian Perlu Didorong untuk Dorong Perekonomian
ILUSTRASI. Pekerja menjemur tepung singkong di Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (18/2/2025). Kementerian Pertanian menetapkan harga pembelian singkong untuk industri tepung nasional sebesar Rp1.350 per kilogram sebagai upaya pemerintah melindungi petani singkong. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/nym.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menilai, hilirisasi sektor pertanian perlu didorong agar nilai tambah kepada pertumbuhan ekonomi ke depan bisa bertambah.

Peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, momentum mendorong industri pertanian penting lantaran industri ini menyumbang 1,11% year on year (yoy) pada pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025. Sektor ini menjadi penyumbang paling tinggi ke pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha.

Sumber pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian terus meningkat, dari kuartal I 2024 mengalami kontraksi 0,41% yoy, kemudian, pada kuartal IV 2025 mengalami pertumbuhan 0,07% yoy, dan pada kuartal I 2025 tumbuh 1,11%.

Meski demikian, Heri menyoroti, meski pertumbuhan di sektor pertanian meningkat, namun nilai tambah yang terjadi dalam aktivitas sektor pertanian ini tidak setinggi aktivitas yang bisa dioptimalkan pada sektor industri pengolahan.

Baca Juga: Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertanian Dorong Ekonomi Kuartal IV 2024

“Jadi nilai tambahnya jelas peluang untuk menciptakan nilai tambah pada sektor pertanian itu lebih rendah, lebih kecil daripada peluang untuk meningkatkan nilai tambah pada sektor pengolahan seperti distribusi pengolahan,” tutur Heri dalam agenda Diskusi Indef, Selasa (6/3).

Maka dari itu, ia menekankan agar pemerintah mendorong hilirisasi di sektor pertanian agar menjadi nilai tambah. Menurutnya, hilirisasi yang dilakukan harus lebih komprehensif, dan lebih memperhatikan banyak aspek.

“Hilirisasi itu kan salah satu bagian dari industrialisasi, industrialisasi itu kan bagaimana menciptakan barang yang tadinya bukan apa-apa atau barang yang tadinya nilainya rendah menjadi barang yang nilainya lebih tinggi,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Makroekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufiqurrahman menilai, apabila sektor pertanian didorong ke industri manufaktur, maka nilai tambahnya ke pertumbuhan ekonomi akan lebih besar bila dibandingkan sektor pertambangan.

Baca Juga: Kinerja Ekspor Industri Pengolahan Hingga Pertanian Meningkat pada Oktober 2024

“Hanya saja sekarang dorongan atau optimalisasi untuk hilirisasi di sektor pertanian itu dalam makna luas. Di situ ada perikanan, perkebunan, kelautan, perikanan, itu tidak optimal. Padahal nilai tambahnya berkali-kali lipat dibanding dengan pertambangan, apalagi produk,” kata Rizal.

Ia mencatat, selama ini dari sektor pertanian yang memberikan kontribusi besar terhadap devisa Indonesia adalah crude palm oil (CPO). Sementara sektor pertanian lainnya tidak didorong. Baik itu dari segi kebijakan dan infrastruktur, serta dorongan ekspor yang tidak maksimal.

Berkaca pada era Orde Baru, Rizal menyebut pada masa itu pemerintah pernah mendorong sektor agrikultur, yang kemudian diberi nama agroindustri.

“Itu sebenarnya kita punya lesson learned, Kita lihat peluang pasar atau diversifikasi ekspor. Dan ini menjadi penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Karena tidak ada sebuah negara maju melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa industri pengolahan berbasis, tidak hanya pertambangan, tapi justru pertanian dalam makna luas,” tandasnya.

Baca Juga: Ekspor Pertanian, Pertambangan hingga Industri Pengolahan Kompak Naik pada Maret 2025

Selanjutnya: Para Kardinal Mulai Mengasingkan Diri Jelang Konklaf Pemilihan Paus Baru

Menarik Dibaca: 4 Varian Micellar Water Wardah Sesuai Jenis Kulit untuk Hapus Makeup dan Kotoran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×