Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih berpeluang akan melakukan pemangkasan suku bunga tahun ini, guna mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan perekonomian global.
Sebagaimana diketahui, tahun ini BI sudah melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali, masing-masing 25 basis poin (bps) pada Januari, Mei, dan Juli 2025, sehingga BI-Rate saat ini berada di level 5,25%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, potensi pemangkasan BI-Rate tercermin dari kondisi inflasi masih berada dalam target sasaran 2,5% plus minus 1%, dan inflasi inti sekitar 2,4%.
Baca Juga: BI Isyaratkan Potensi Pemangkasan Suku Bunga Lagi, Ini Alasannya
Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah juga dinilai tetap terjaga dan masih sesuai fundamentalnya, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Oleh karena itu ke depan BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi,” tutur Perry dalam konferensi pers, KSSK Senin (28/7/2025).
Meski demikian, waktu pemangkasan suku bunga ke depan di tahun ini masih akan diukur sejalan dengan dinamika perekonomian global dan domestik.
Ia mengungkapkan, arah kebijakan monitor ini akan ditinjau dan dijaga sebagai bagian untuk sedikit lagi membalikkan ekspektasi perekonomian, akibat dampak ketidakpastian global.
Baca Juga: Penurunan BI Rate Belum Cukup Dorong Ekonomi
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai masih ada ruang bagi BI untuk kembali menurunkan lagi suku bunga 25 bps hingga 50 bps hingga akhir tahun 2025.
Penurunan BI-rate sebesar 25 bps ke level 5,25% memang merupakan langkah tepat dalam merespon kondisi ekonomi terkini, khususnya dengan adanya kesepakatan perdagangan terbaru antara AS dan Indonesia yang mulai mengurangi ketidakpastian pasar," ujarnya, Rabu (16/7/2025).
Namun demikian, Josua mengingatkan, transmisi kebijakan moneter perlu dipercepat agar dampak pemotongan suku bunga dapat lebih terasa di sektor riil.
Secara teoritis, Josua menyebut, penurunan suku bunga acuan diharapkan mampu meningkatkan permintaan kredit, memperkuat daya beli masyarakat, dan mendorong investasi swasta.
Namun, efektivitas dari penurunan sebesar 25 bps pada Juli ini dalam mendorong pemulihan ekonomi bergantung pada beberapa faktor lain. Seperti transmisi kebijakan ke suku bunga perbankan yang selama ini cenderung lambat. Serta respon perbankan dalam menyalurkan kredit yang selama ini cukup hati-hati akibat risiko kredit yang meningkat di tengah perlambatan ekonomi global dan domestik.
Baca Juga: Penurunan Suku Bunga BI Belum Mampu Dongkrak Ekonomi, Ini Alasannya
Selanjutnya: Koperasi Kelurahan Merah Putih Dinilai Rentan Gagal Bayar, Ini Pemicunya
Menarik Dibaca: Begini Peran Orangtua Untuk Mencegah Anak Terkena Demam Berdarah Dengue
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News