kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faisal Basri: pejabat tak perlu membusungkan dada, tunjukkan sense of crisis


Selasa, 18 Agustus 2020 / 07:25 WIB
Faisal Basri: pejabat tak perlu membusungkan dada, tunjukkan sense of crisis
ILUSTRASI.


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan lalu Menteri BUMN yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Thohir menyatakan, ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Filipina. Mengutip blog Faisal Basri akhir pekan lalu, alasan Erick sederhana, kontraksi ekonomi di ketiga negara itu jauh lebih parah karena menerapkan lockdown.

Masih mengutip blog Faisal, menurut Erick, keputusan Presiden Joko Widodo tidak memilih kebijakan lockdown atau karantina total sebagai keputusan tepat.  Ia membandingkan kontraksi ekonomi Indonesia yang hanya 5,3% dengan kontraksi Singapura 13%, Filipina 16% dan Malaysia 17%.

Faisal menegaskan, negara-negara yang menerapkan pembatasan sosial ketat berskala nasional tentu saja mengakibatkan aktivitas perekonomian sangat merosot. "Cara itu yang paling ampuh untuk menjinakkan pandemik Covid-19 sebelum tersedia vaksin," tegas Faisal. 

Lantaran hanya menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) lokal dan diperlonggar ketika kasus terus naik, tentu masih banyak aktivitas ekonomi  terus berjalan di Indonesia. Tapi bayarannya mahal, virus kian leluasa menjalar.

Diperparah lagi,  penanganan corona di Indonesia tergolong buruk dan kapasitas sistem palayanan kesehatan kita tertinggal dibandingkan Singapura, Malaysia dan Filipina. Maka, angka kematian resmi di Indonesia akibat Covid-19 jauh lebih tinggi, yaitu 6.071 sampai akhir pekan lalu.

Faisal membandingkan, jumlah kematian di Singapura hanya 27, Malaysia 125, dan Filipina 2.600. Case fatality rate (CFR) - jumlah orang yang meninggal dibagi jumlah kasus- Indonesia jauh lebih tinggi, yaitu 4,42%. Bandingkan  dengan Singapura yang hanya 0,05%, Malaysia 1,36% dan Filipina 1,65%.

Lalu, apa Indonesia tidak ada harapan? Simak tips Faisal di halaman berikut

Kini, Singapura dan Malaysia telah memetik hasil  kerja keras mengendalikan pandemi. Aktivitas ekonomi secara bertahap telah dibuka dengan indikator yang sangat terukur. Pada triwulan IV-2020 pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Singapura berpeluang lebih baik dari Indonesia. Tahun 2021 mereka bisa pulih dengan pola V-shaped recovery dan lebih pasti.

Sementara di Indonesia masih menunjukkan peningkatan dan telah memasuki fase baru. Bukan gelombang kedua, gelombang pertama belum jelas kapan mencapai puncaknya.

Faisal menyarankan, para pejabat menunjukkan sense of crisis yang tinggi. "Pandemi tidak bisa dijinakkan dengan mengumbar pernyataan-pernyataan peripur lara. Jika perilaku pembuat kebijakan cuma membusungkan dana dengan menjustifikasi langkah-langkah yang telah mereka lakukan dan memaksakan ekonomi menjadi komandan, ongkos ekonomi yang harus ditanggung bakal jauh lebih mahal," jelas Faisal, di blog pribadi tersebut. 

Pada akhirnya pemulihan semakin tak pasti, karena ekonomi tak akan maju berkelanjutan di tengah pandemik yang belum terjinakkan. Terkait resesi, kepada Business Insight Faisal menyarankan pemerintah "iklas" tapi upayakan nilainya dangkal.

Menurutnya, fokus pemerintah harus menurunkan kasus Covid terlebih dulu, nanti recovery ekonomi pasti terjadi dengan bertahap. "Daripada kuartal III positif, tapi di sisi lain kasus Covid terus naik, maka yang hampir pasti terjadi adalah ekonomi akan anjlok lagi. Dan itu akan lebih mengerikan lagi bagi kita," tegas Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×