kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

PMI Manufaktur Indonesia Turun Lagi, Pemerintah Siapkan Stimulus Industri


Minggu, 03 Agustus 2025 / 10:50 WIB
PMI Manufaktur Indonesia Turun Lagi, Pemerintah Siapkan Stimulus Industri
ILUSTRASI. PMI Manufaktur Indonesia turun ke 49,2 pada Juli 2025, menandakan kontraksi industri. Pemerintah siapkan stimulus suplai dan pembiayaan padat karya untuk dorong pemulihan.? FOTO: Pengunjung beraktivitas di kompleks pabrik PT Kertas Kraft Aceh (KKA) yang sudah lama berhenti beroperasi, di Desa Jamuan, Bandar Baro, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.Antara/Rahmad


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan berbagai kebijakan strategis untuk memperkuat sektor manufaktur nasional pada semester II 2025.

Langkah ini menjadi respons atas melemahnya aktivitas industri yang tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang kembali berada di zona kontraksi.

Namun sebelum kita membelejeti data terbaru tentang PMI Manufaktur Indonesia, ada baiknya kita ingat lagi apa arti sesungguhnya indikator ekonomi penting ini.

Baca Juga: PMI Manufaktur Masih Kontraksi, Indef Soroti Lesunya Daya Beli dan Gempuran Impor

Apa Itu PMI dan Mengapa Penting?

PMI Manufaktur adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas ekonomi di sektor manufaktur. Indeks ini dihitung berdasarkan survei terhadap para manajer pembelian di berbagai perusahaan industri.

PMI memiliki ambang batas di angka 50:

  • Jika di atas 50, berarti sektor manufaktur sedang berekspansi (bertumbuh).
  • Jika di bawah 50, berarti sektor manufaktur mengalami kontraksi (melemah).

Pada Juli 2025, PMI Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 49,2, menandakan bahwa aktivitas produksi di sektor industri masih mengalami pelemahan.

Infografik PMI Manufaktur Indonesia

Pemerintah Siapkan Stimulus Suplai

Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, menyampaikan bahwa pemerintah akan mendorong sektor industri melalui stimulus dari sisi suplai.

“Kebijakan yang kami siapkan antara lain fasilitas pembiayaan untuk industri padat karya, optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan percepatan deregulasi untuk memperbaiki iklim usaha,” ujar Febrio dalam keterangan resmi, Jumat (1/8).

Ia menegaskan, kebijakan yang tepat sasaran diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi, meningkatkan daya saing ekspor, serta memperkuat pemulihan dan ketahanan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Baca Juga: Industri Manufaktur RI Butuh Perbaikan Signifikan Agar PMI Manufaktur Naik

Manufaktur Asia Juga Melemah

Pelemahan PMI bukan hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara lain di Asia juga mengalami hal serupa. PMI Manufaktur Jepang turun ke level 48,9 pada Juli (dari 50,1 di Juni), sementara Korea Selatan turun ke 48,0 (dari 48,7 di bulan sebelumnya). Ini mencerminkan tekanan terhadap sektor industri secara global masih cukup kuat.

Angin Segar dari AS: Tarif Ekspor Indonesia Turun

Dari sisi eksternal, pemerintah menyambut baik langkah Presiden AS Donald Trump yang pada 31 Juli 2025 menerbitkan Executive Order untuk menurunkan tarif resiprokal terhadap produk Indonesia menjadi 19%.

Kebijakan ini membuka peluang ekspor yang lebih luas, terutama untuk produk padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur. Penurunan tarif ini turut mengurangi beban pelaku usaha dan mendukung pertumbuhan sektor manufaktur nasional.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Juli 2025 Naik Jadi 49,2, Namun Masih Kontraksi

Neraca Dagang Masih Kuat

Sementara itu, ekspor Indonesia terus menunjukkan performa positif. Surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 4,10 miliar pada Juni 2025, meningkat dibandingkan US$ 2,52 miliar pada Juni 2024.

Pertumbuhan ini didorong oleh lonjakan ekspor sebesar 11,29% yoy, terutama dari sektor industri pengolahan dan pertanian. Di sisi lain, impor tumbuh moderat sebesar 4,28% yoy, utamanya dari barang modal yang menandakan adanya peningkatan investasi di sektor manufaktur.

“Pemerintah akan terus mengantisipasi gejolak global dengan kebijakan yang terukur dan adaptif. Tujuannya agar dunia usaha tetap tangguh, daya saing ekspor meningkat, dan daya beli masyarakat tetap terjaga,” pungkas Febrio.

Selanjutnya: Dolan ke Jepang? Cek Panduan Istilah Makanan Haram untuk Pelancong Muslim

Menarik Dibaca: Promo A&W Sharing Meal Agustus 2025, Paket Aroma Chicken Ramean Mulai Rp 100.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×