Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - Pemerintah terus mengantisipasi tekanan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat di tengah tantangan produksi pangan dan dinamika global yang masih berlangsung. Sejumlah langkah konkret disiapkan untuk memperkuat stabilitas ekonomi nasional, khususnya pada paruh kedua tahun 2025.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa intervensi kebijakan dilakukan secara konsisten untuk memastikan harga tetap terjangkau serta memperkuat ketahanan ekonomi. Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, menyatakan bahwa pemerintah terus mengawal stabilitas domestik dengan kebijakan yang terukur.
“Seluruh kebijakan dirancang agar aktivitas dunia usaha nasional tetap tangguh menghadapi guncangan global, dengan daya saing ekspor yang terus meningkat, disertai daya beli masyarakat yang tetap terjaga,” ungkap Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya, Jumat (1/8)
Baca Juga: Inflasi Juli 2025 Tertinggi Dalam Setahun
Langkah Pemerintah Kendalikan Inflasi
Untuk menjaga kestabilan harga, pemerintah melaksanakan berbagai program seperti:
- Gerakan pangan murah
- Operasi pasar
- Penguatan cadangan pangan nasional
- Pengawasan distribusi komoditas
Kebijakan ini diambil sebagai respons atas kenaikan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli 2025 yang tercatat sebesar 2,37%, naik dari 1,87% pada Juni 2025.
Lonjakan inflasi terutama dipicu oleh naiknya harga komoditas pangan seperti beras, bawang merah, tomat, dan cabai rawit, menyusul gangguan cuaca dan berakhirnya masa panen.
Baca Juga: Inflasi Inti dan Komponen Bergejolak Naik pada Juli 2025
Sementara itu, inflasi pada komponen Administered Price (AP) masih stabil di angka 1,32% (yoy), didukung oleh harga energi bersubsidi yang tetap terjaga. Inflasi inti bahkan mencatat penurunan tipis menjadi 2,32% (yoy), mencerminkan meredanya tekanan harga pada sektor rekreasi serta makanan dan minuman.
Untuk menjaga stabilitas harga beras, pemerintah kembali menggulirkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sejak awal Juli. Pemerintah juga terus memantau risiko iklim dan cuaca guna mengantisipasi gejolak harga ke depan.
Baca Juga: BPS: Seluruh Wilayah Mengalami Inflasi, Tertinggi di Papua Selatan
Ekspor Tetap Jadi Penopang Ekonomi
Di sisi eksternal, ekspor Indonesia masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. Pada Juni 2025, neraca perdagangan mencatat surplus US$ 4,10 miliar, naik dari US$ 2,52 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan ekspor tercatat mencapai 11,29% yoy, didorong oleh kinerja sektor industri pengolahan dan pertanian. Sementara itu, impor tumbuh moderat sebesar 4,28% yoy, terutama untuk kebutuhan barang modal.
Ke depan, peluang ekspor ke Amerika Serikat diperkirakan makin terbuka. Hal ini menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menandatangani Executive Order pada 31 Juli 2025, yang menurunkan tarif resiprokal terhadap produk-produk Indonesia menjadi 19%. Beberapa produk unggulan bahkan dikecualikan dari penurunan tarif tersebut.
Selanjutnya: Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Produk Antam, UBS dan GALERI 24 Minggu (3/8)
Menarik Dibaca: New! Promo Kopi Kenangan Hari Mantan Nasional Pandan Series, Mulai Rp 21.000 Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News