Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah pembukaan kembali aktivitas perekonomian, rupanya tak membuat pertumbuhan ekonomi China ngegas.
Justru, pertumbuhan ekonomi negara Tirai Bambu lebih rendah dari perkiraan semula.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi China ini akan membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Laju Pertumbuhan Kredit Perbankan Mulai Meningkat Meski Masih Di Bawah Target
Mengingat, China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia, juga salah satu negara paling banyak menanamkan modal di Indonesia.
"Memang, penurunan pertumbuhan ekonomi China ini akan menurunkan kinerja ekspor kita," terang Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/8).
Namun, Perry mengatakan, ini tak akan terlalu mengganggu kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia karena Indonesia akan bertumpu pada sektor domestik.
Perry melihat, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih tinggi, terutama terlihat dari konsumsi jasa yang tercermin dari peningkatan pertumbuhan sektor jasa.
"Terlebih perdagangan, transportasi, pergudangan, akomodasi makanan dan minuman yang menunjukkan konsumsi rumah tangga masih mendukung," jelasnya.
Baca Juga: BI Kembali Menahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75%
Ini pun kemudian akan mendorong pertumbuhan invetasi, khususnya investasi non bangunan.
Sehingga, mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 berada di kisaran 4,5% yoy hingga 5,3% yoy.
Untuk kemudian tumbu lebih tinggi lagi di tahun 2024 menjadi di kisaran 4,7% yoy hingga 5,5% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News