Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve (The Fed) kembali mengerek suku bunga kebijakannya sebesar 75 basis poin (bps) pada Rabu (27/7). Ini berarti, otoritas moneter Amerika Serikat (AS) itu sudah menaikkan suku bunga acuan 4 kali di tahun 2022.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Indonesia Irman Faiz melihat, peningkatan suku bunga kebijakan The Fed ini akan memberi tantangan terhadap Indonesia, termasuk dalam biaya penarikan utang luar negeri pemerintah.
“Untuk penarikan utang luar negeri pemerintah ke depan, baik pinjaman maupun penerbitan surat utang, tentu akan lebih mahal,” tegas Faiz kepada Kontan.co.id, Kamis (28/7).
Namun, Faiz melihat sejauh ini pemerintah sudah melakukan strategi penarikan utang yang terukur. Sehingga, tekanan dari peningkatan suku bunga kebijakan AS kepada utang pemerintah di sepanjan tahun ini bisa teredam.
Baca Juga: Kemenkeu: Kenaikan Suku Bunga The Fed Berdampak pada Pembayaran Bunga Utang Negara
Pemerintah sudah melakukan front loading penerbitan sukuk global pada semester I-2022 sebesar US$ 3,25 miliar dan samurai bonds sebesar JPY 81 miliar. Selain itu, pemerintah juga masih memiliki kerja sama dengan BI lewat kebijakan burden sharing. Dengan kebijakan ini, BI diizinkan membeli SBN di pasar perdana.
Tekanan yang mengecil juga seiring dengan Indonesia yang tahun ini masih menikmati manisnya penerimaan dari windfall harga komoditas. Buktinya, hingga semester I-2022, APBN masih terpantau surplus Rp 73,6 triliun atau setara 0,39% produk domestik bruto (PDB).
“Dengan windfall komoditas ini, kinerja APBN masih surplus pada paruh pertama tahun ini, sehingga pembiayaan dalam negeri memadai. Ini harusnya mampu meredam tekanan suku bunga kebijakan The Fed ke bunga utang pemerintah secara keseluruhan tahun,” tandas Faiz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News