kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ekonom: Belum Ada Urgensi Kenaikan Suku Bunga BI Pada September 2023


Selasa, 19 September 2023 / 18:14 WIB
Ekonom: Belum Ada Urgensi Kenaikan Suku Bunga BI Pada September 2023
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) diproyeksi masih akan menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI September 2023


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diyakini masih akan menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI September 2023.

Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad mengungkapkan, BI saat ini hingga akhir tahun 2023 akan lebih menempuh kebijakan mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilisasi.

"BI bisa menempuh kebijakan pro growth lewat kebijakan makro prudensial dan menjaga stabilitas lewat kebijakan suku bunga dan sekuritas rupiah BI (SRBI)," terang Emil kepada Kontan.co.id, Selasa (19/9).

Emil menambahkan, memang tetap ada kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.

Namun, kenaikan suku bunga tersebut tidak perlu direspon oleh BI dengan menaikkan suku bunga acuan.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri: Belum Ada Kemungkinan Kenaikan Suku Acuan BI pada September 2023

Hanya yang perlu diperhatikan, bila The Fed menaikkan suku bunganya pada bulan ini, maka untuk pertama kali dalam sejarah suku bunga acuan AS berada pada level yang sama dengan suku bunga acuan BI, yaitu 5,75%.

Ini tentu akan menambah tekanan terhadap nilai tukar, tetapi dengan upaya yang telah dilakukan oleh BI selama ini dan ditambah instrumen baru SRBI, Emil optimistis stabilitas rupiah tetap terjaga.

Plus, pada pertengahan September 2023, selisih imbal hasil surat berharga negara (SBN) dengan surat berharga AS tenor 10 tahun naik ke 2,35%.

"Selama selisihnya masih di atas level terendah yang pernah terjadi, yaitu di 2,12%, yield SBN masih cukup menarik bagi investor asing, yang kemudian menjaga stabilitas rupiah," tambah Emil.

Selain itu, inflasi Indonesia juga tetap rendah dan tetap bergerak di kisaran sasaran BI yang sebesar 2% yoy hingga 4% yoy.

Hal ini juga yang dianggap Emil bahwa kebijakan suku bunga BI belum akan perlu berubah hingga akhir tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×