Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
“Ada atau tidaknya perubahan stance kebijakan The Fed juga mempengaruhi, tapi kita tunggu pada pertemuan bulan Maret 2021 ini. Namun, kondisi AS saat ini sudah menunjukkan tanda awal perbaikan,” tambah Faisal.
Dengan adanya risiko taper tantrum ini, juga membawa momok bagi pergerakan nilai tukar rupiah. Faisal memperkirakan, ada pelemahan rupiah dalam jangka pendek karena ada arus modal asing yang keluar juga ada faktor musiman pembayaran imbal hasil investasi ke asing di kuartal II-2021.
Namun, pada Februari 2021, cadangan devisa Indonesia mencapai posisi tertingginya di US$ 138,8 miliar dan kemungkinan ada surplus neraca dagang yang berlanjut, sehingga ini membawa angin segar.
Baca Juga: Ekonom Indef ingatkan risiko taper tantrum bisa terjadi pada semester II 2021
Dengan kata lain, Faisal masih menilai cadangan devisa perkasa untuk menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah atau masih ada ruang cukup untuk bank sentral agar melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Dengan kemungkinan tersebut, Faisal mengimbau pemerintah dan bank sentral untuk segera meminimalisir risiko ini dengan mempercepat pemulihan ekonomi domestik.
Bila pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat baik karena suksesnya program vaksinasi, angka kasus harian terus turun, percepatan PEN, dan UU Cipta Kerja serta Lembaga Pengelola Investasi, tentu akan bisa menarik investor asing.
“Karena return yang dijanjikan bisa lebih tinggi, sehingga risiko taper tantrum bisa diminimalkan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News