Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal bulan ini. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, peningkatan BBM ini tak hanya akan menaikkan inflasi dari sisi harga diatur pemerintah, tetapi juga akan ada efek rambatan (second round impact).
Peningkatan inflasi tidak hanya akan terjadi di perdagangan barang saja, tetapi juga perdagangan jasa. Bahkan, menurut perhitungan David, inflasi pada bulan September 2022 bisa mencapai lebih dari 1% mom.
Dengan peningkatan inflasi tersebut, David khawatir daya beli masyarakat akan tertekan. Apalagi, bila masyarakat tidak memiliki pendapatan sampingan atau tidak mengalami kenaikan gaji.
Baca Juga: Perbankan Optimistis Kredit Konsumsi Tumbuh hingga Akhir 2022, Berikut Pendorongnya
Dengan demikian, ia mengimbau adanya kenaikan gaji untuk menyelamatkan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.
“Baiknya ada kenaikan gaji. Besarannya harus minimal sebesar inflasi. Biasanya sih ada kenaikan gaji ya untuk para karyawan di awal tahun,” terang David kepada Kontan.co.id, Minggu (18/9).
David melihat, peningkatan inflasi tidak hanya terjadi pada September 2022 saja, tetapi peningkatan inflasi masih akan terus berlanjut setidaknya hingga Agustus 2023. Langkah yang ditempuh oleh otoritas fiskal maupun moneter juga sangat diperlukan untuk menjaga inflasi dan daya beli masyarakat.
Dari sisi fiskal, ia mengapresiasi langkah pemerintah untuk memberikan tambahan bantuan sosial sebesar Rp 24,17 triliun. Selain itu, ia juga berharap subsidi BBM yang dilakukan pemerintah makin tepat sasaran seiring adanya pengaturan pembelian BBM bersubsidi.
Baca Juga: Pergerakan Rupiah Hari Ini (19/9) Terdampak Kebijakan Bank Sentral Global
Dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) akan menggunakan instrumen suku bunga. Dalam hal ini, ia melihat peluang BI untuk terus menaikkan suku bunganya di sisa tahun ini.
“Jadi, BI berpeluang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) di empat bulan terakhir tahun ini. Sehingga, suku bunga acuan mungkin di kisaran 4,75% hingga 5% di akhir tahun 22,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News