kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Dua ekonom ini perkirakan BI akan tahan suku bunga acuan di RDG besok


Selasa, 13 November 2018 / 19:49 WIB
Dua ekonom ini perkirakan BI akan tahan suku bunga acuan di RDG besok
ILUSTRASI. Pemaparan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia akan kembali menggelar Rapat Dewan Gubernur pada Rabu (14/11) dan Kamis (15/11). Di tengah sentimen eksternal yang mereda dan rupiah yang cukup stabil, ekonom memprediksi Bank Indonesia masih akan menahan suku bunga acuan alias BI 7 Days Repo Rate (7-DRR) pada level 5,75% di bulan ini.

Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Winang Budoyo menilai, saat ini belum ada urgensi bagi BI untuk mengerek suku bunga. "Sebelumnya, rupiah yang membuat BI menaikkan lebih cepat. Tapi, sekarang sudah lebih stabil rupiahnya di bawah Rp 15.000 per dollar AS," ujar Winang kepada Kontan.co.id, Selasa (13/11).

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri juga berpendapat BI masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di bulan ini. Menurutnya, BI saat ini memasang posisi wait and see terhadap keputusan The Fed menaikkan suku bunganya di bulan Desember dan respon pelaku pasar yang menyertainya.

"Sepertinya BI akan melihat dulu perkembangan data, sentimen global, dan langkah The Fed, baru setelahnya mengambil kebijakan. Apalagi, tekanan eksternal cenderung melambat saat ini," kata Reny, Selasa (13/11).

Apalagi, kondisi pasar di bulan ini terbilang jauh lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh kurs rupiah yang masih dalam level penguatan di bawah Rp 15.000 per dollar AS, juga aliran masuk dana investor (capital inflow) yang terlihat baik di pasar saham, pasar obligasi, maupun pasar keuangan domestik.

Oleh karena itu, Reny menilai kondisi saat ini tidak membutuhkan kebijakan "ahead the curve" dari BI. "Kebijakan ahead the curve biasanya diambil kalau situasi eksternalnya penuh tekanan seperti kemarin saat ada potensi perang dagang dan capital outflow yang besar," terang dia.

Namun, Reny memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember pasca keputusan The Fed. Ia melihat masih ada ruang kenaikan 25 basis poin (bps) sehingga BI 7-DRR di akhir tahun menjadi 6%.

Winang juga memprediksi kenaikan suku bunga acuan akan terjadi di Desember sebesar 25 bps. "Terutama jika menjelang pengumuman The Fed, rupiah kembali menjadi volatil. BI sebaiknya tetap menaikkan suku bunga nanti," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×