kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.978.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.435   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.736   -94,43   -1,21%
  • KOMPAS100 1.079   -10,72   -0,98%
  • LQ45 789   -8,41   -1,06%
  • ISSI 262   -2,74   -1,04%
  • IDX30 409   -4,48   -1,08%
  • IDXHIDIV20 475   -5,51   -1,15%
  • IDX80 119   -1,13   -0,94%
  • IDXV30 129   -0,75   -0,58%
  • IDXQ30 132   -1,48   -1,11%

Deindustrialisasi Dini Dinilai Penyebab Mayoritas Pekerjaan di Indonesia Tak Layak


Senin, 01 September 2025 / 16:18 WIB
Deindustrialisasi Dini Dinilai Penyebab Mayoritas Pekerjaan di Indonesia Tak Layak
ILUSTRASI. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu (13/12) mengatakan , industri pengolahan tumbuh sebesar 5,20 persen pada triwulan III-2023 (y-on-y), melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,94 persen pada periode yang sama.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Manajer Riset dan Pengetahuan The Prakarsa Roby Rushandie menilai, deindustrialsiasi dini menjadi salah satu penyebab utama mayoritas pekerjaan di Indonesia bersifat informal dan tidak layak.

“Deindustrialisasi dini ini menjadi salah satu penyebab utama mayoritas pekerjaan di Indonesia bersifat informal,” tutur Roby dalam diskusi publik, Senin (1/9/2025).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pekerja informal adalah penduduk bekerja yang berstatus berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar.

Roby mencontohkan, kontribusi industri manufaktur atau pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja tercatat menurun, dari 13,83% pada 2014 menjadi 13,63% pada 2024.

Baca Juga: Menperin Bantah Deindustrialisasi, Sodorkan Data MVA & Kontribusi Ekonomi Manufaktur

Hal ini sejalan dengan kontribusi sektor tersebut ke perekonomian yang turun dari 21,08% pada 2014 menjadi 18,98% pada 2024.

“Penurunan sudah terjadi sejak lama (kontribusi ke ekonomi) utamanya di industri pengolahan, yang akhirnya mendorong penyerapan tenaga kerja di manufaktur turun,” ungkapnya.

Contoh lainnya adalah, di sektor perdagangan yang kontribusi terhadap ekonomi terus menurun dari 2014 sebesar 13,43% menjadi 13,07% pada 2024. Penyerapan kerja di sektor ini juga turun dari 2014 sebesar 18,89% menjadi 18,27%.

Baca Juga: Investasi Tumbuh, PHK Naik: Industri Tekstil Terancam Deindustrialisasi

Bahkan, Roby mencatat, krisis pekerjaan layak di Indonesia mengakibatkan banyak pekerja, terkhususnya pekerja informal, terjebak dalam kondisi kerentanan.

Berdasarkan riset The Prakasa, jumlah pengemudi ojek online meningkat dari 3,62 juta pada 2019 menjadi 4,22 juta pada 2024. Bahkan dari 213 responden,, sebanyak 60%nya mempertimbangkan profesi tersebut sebagai pekerjaan utama.

Selain itu, ia juga mencatat rata-rata pendapatan ojek online harian turn, dari Rp 309 ribu per hari pada 2018-2019, ke Rp 175 ribu per hari pada 2022-2023. Serta hanya 12% dari 4,6 juta pekerja ojek online di platform yang terdaftar BPJS Ketenagakerjaan.

Baca Juga: Produk China Membanjiri RI, Waspadai Risiko Percepatan Deindustrialisasi

Selanjutnya: Saham Bank BUMN Kompak Melemah Senin (1/9/2025), BMRI Catat Penurunan Terdalam

Menarik Dibaca: 12 Manfaat Makan Ubi Jalar bagi Kesehatan Tubuh Anda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×