Reporter: Oginawa R Prayogo, Herlina KD | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Gara-gara anggaran subsidi energi bertambah sekitar Rp 39 triliun, defisit anggaran tahun 2012 membengkak. Entah bagaimana cara menambal lubang ini.
Lihat saja. Alokasi awal, subsidi listrik Rp 64,97 triliun. Kini, nilainya bertambah menjadi Rp 89,1 triliun atau bertambah Rp 24,13 triliun.
Sementara bujet subsidi bahan bakar minyak (BBM), elpiji dan bahan bakar nabati, melonjak banyak. Alokasi semula sebesar Rp 137,4 triliun.
Persoalannya, pekan ini, DPR menyetujui penambahan anggaran subsidi BBM senilai Rp 15 triliun. Nilai total anggaran subsidi BBM dan elpiji pun membengkak menjadi Rp 152,4 triliun.
Hitung punya hitung, total anggaran subsidi energi tahun ini menjadi Rp 241,5 triliun. Padahal, APBN Perubahan 2012 hanya menyediakan anggaran Rp 202,35 triliun atau berselisih Rp 39,1 triliun.
Secara umum, Menteri Keuangan Agus Martowardojo memprediksikan, defisit anggaran tahun ini akan meningkat menjadi Rp 195 triliun atau sekitar 2,31% dari produk domestik bruto (PDB). "Ini hitungan terakhir per 18 September 2012," ujarnya, Kamis (20/9). Sebagai perbandingan, APBN Perubahan 2012 mematok defisit sekitar Rp 190,1 triliun atau 2,23% dari PDB.
Belum jelas bagaimana pemerintah menambal lonjakan defisit anggaran ini. Agus hanya menyatakan, pemerintah akan berusaha memangkas subsidi pupuk dari 10 juta ton menjadi 8,5 juta ton, serta menekan pemakaian BBM bersubsidi menjadi 43,5 juta kiloliter meski tahun ini dialokasikan 44 juta kiloliter.
Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistyaningsih, menilai, proyeksi lonjakan defisit ala pemerintah terlalu berlebihan. Sebab, realisasi belanja pemerintah selalu di bawah target dan maksimal cuma terealisasi 95% dari plafon anggaran. "Sampai akhir tahun mungkin realisasi defisit hanya 1,8%," jelasnya.
Kalau toh defisit bertambah, cara paling mudah menambal defisit anggaran negara adalah dengan utang. Pemerintah misalnya bisa menerbitkan surat utang negara.
Dia tak yakin pemerintah bisa menekan pemakaian BBM subsidi. Toh, yang terjadi sekarang, kuota BBM subsidi malah bertambah besar.
Cara lain menambal defisit menurut Achsanul Qosasi anggota Badan Anggaran DPR, penerimaan anggaran harus dipacu dan juga menggunakan sisa anggaran.
Ekonom Bank Mandiri, Desri Damayanti menyarankan pemerintah memangkas subsidi energi. Maklum, porsi anggaran subsidi sudah terlalu besar dan tidak sehat lagi bagi anggaran negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News