Reporter: Herlina KD | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Melemahnya kinerja ekspor membuat neraca transaksi berjalan mencatat defisit. Untuk mengatasi itu, pemerintah berusaha meningkatkan arus investasi asing baik portofolio maupun investasi asing langsung (FDI).
Untuk itu, pemerintah akan memperbaiki struktur industri untuk mengurangi ketergantungan ekspor bahan mentah dan impor barang modal. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, investasi dan portofolio itu sangat penting untuk membantu mengurangi defisit transaksi berjalan.
Menurutnya, defisit transaksi berjalan disebabkan menurunnya kinerja ekspor. Makanya, "Kami bisa meningkatkan surplus neraca modal dan finansial untuk memberikan keseimbangan di neraca pembayaran," ujarnya Senin (17/9).
Menurutnya, potensi investasi di sektor manufaktur masih cukup besar. Bambang bilang, sebagian investasi langsung asing (FDI) yang masuk terserap ke sektor sumber daya alam dan investasi produk konsumsi.
Dalam kondisi krisis, produk konsumsi bisa terserap untuk memenuhi kebutuhan domestik. Tetapi, jika ekonomi pulih, sebagian produk tersebut bisa diekspor dan bisa mengurangi defisit transaksi berjalan.
Bambang menambahkan, kinerja ekspor yang anjlok cukup drastis merupakan dampak dari melemahnya permintaan global. Apalagi, selama ini Indonesia banyak mengekspor bahan mentah. Di sisi lain, defisit neraca transaksi berjalan juga disebabkan tingginya impor barang modal.
Nah, dalam jangka menengah dan panjang, Indonesia harus mulai mengurangi ekspor barang mentah dan meningkatkan ekspor barang olahan. Selain itu, impor barang modal serta bahan baku penolong juga harus dikurangi.
Dengan langkah ini, Bambang yakin defisit neraca transaksi berjalan bisa berkurang jauh di bawah 3% dari PDB. Bambang mengakui, ada risiko pembalikan arus modal (reversal) dari arus modal asing yang masuk.
Hanya saja, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah telah memiliki mekanisme untuk mengatasi risiko ini melalui mekanisme manajemen protokol krisis. Di luar itu, "Kami juga harus memberikan sinyal bahwa ekonomi kita masih jauh dari over heating," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News