kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   -23.000   -1,13%
  • USD/IDR 16.860   0,00   0,00%
  • IDX 6.538   92,30   1,43%
  • KOMPAS100 939   12,04   1,30%
  • LQ45 730   8,52   1,18%
  • ISSI 209   2,52   1,22%
  • IDX30 378   3,03   0,81%
  • IDXHIDIV20 458   4,62   1,02%
  • IDX80 106   1,33   1,26%
  • IDXV30 113   1,41   1,27%
  • IDXQ30 124   0,78   0,63%

Data Ekonomi Tak Baik, PDB Indonesia Sulit Tumbuh di Atas 5%


Rabu, 23 April 2025 / 05:10 WIB
Data Ekonomi Tak Baik, PDB Indonesia Sulit Tumbuh di Atas 5%
ILUSTRASI. Sejumlah warga membeli ikan segar di Pasar Barito, Ternate, Maluku Utara, Selasa (22/4/2025). Kementerian Kelautan dan Perikanan menyiapkan aturan teknis pengawasan mutu pre-border untuk memastikan ikan yang masuk dan beredar aman, berkualitas, serta melindungi konsumen dari risiko produk tidak layak konsumsi sehingga menjaga kesehatan masyarakat di Indonesia.ANTARA FOTO/Andri Saputra/rwa.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepercayaan konsumen Indonesia kembali melemah. Tingkat kepercayaan konsumen mencatat penurunan signifikan sebesar 5,3 poin ke level 121,1 pada bulan Maret, sekaligus menjadi yang terendah dalam lima bulan terakhir. 

Ini merupakan penurunan selama tiga bulan berturut-turut, mencerminkan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap prospek lapangan kerja. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi melambat sementara peningkatan pemutusan hubungan kerja di sektor manufaktur padat karya.

Indeks kondisi ekonomi saat ini turun ke 110,6 dari 114,2 pada Februari, terendah sejak Oktober. Penurunan ini menurut Brian Lee Shun Rong Analis Maybank Sekuritas disebabkan oleh berkurangnya ketersediaan lapangan kerja, turunnya minat pembelian barang tahan lama, serta pendapatan rumah tangga yang sedikit melemah. 

Baca Juga: Maybank Sekuritas Pangkas Target IHSG dan Beri Rekomendasi Saham Usai Tarif Trump

Sementara itu, indeks ekspektasi konsumen mencerminkan pandangan terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan merosot ke titik terendah dalam 18 bulan. Penyebabnya karena penurunan persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja.

Bank Indonesia mencatat pertumbuhan penjualan ritel riil hanya sebesar 0,5% secara tahunan pada Maret, melambat dari revisi naik 2% pada Februari. Meskipun ada momentum dari Ramadan dan perayaan Idul Fitri, pertumbuhan penjualan ritel secara tahunan tetap lesu. Sementara itu, pertumbuhan bulanan tercatat sebesar 8,3%.

Kategori suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 6,4% secara tahunan, meskipun menurun dibandingkan tiga bulan sebelumnya yang mencatat dua digit. Kategori budaya dan rekreasi serta makanan, minuman, dan tembakau juga masih tumbuh, namun melambat. 

Di sisi lain, kelompok barang lain mengalami kontraksi, terutama perangkat komunikasi yang turun 9% dan peralatan rumah tangga susut 7,5%.

Baca Juga: Hadapi Tekanan Marjin di 2025, Maybank Sekuritas Turunkan Target Harga Saham ITMG

Pada Maret 2025, ekspor Indonesia tumbuh sebesar 3,2% secara tahunan. Namun tingkat ekspor Indonesia tumbuh melambat dari bulan sebelumnya yang mampu naik 13,9%. Brian dalam riset 21 April 2025 memaparkan jika ini adalah terendah dalam sembilan bulan terakhir. Ekspor non-migas hanya naik 2,6%, sementara ekspor migas tumbuh 13% setelah sebelumnya mencatat kontraksi.

Pelemahan ekspor non-migas terutama disebabkan oleh penurunan permintaan dari India turun 20,7% dan Jepang -33,4%. Sebaliknya, permintaan dari Amerika Serikat melonjak 20%, tertinggi dalam empat bulan terakhir, seiring peningkatan pengiriman menjelang tarif balasan. Ekspor ke China juga meningkat menjadi 9,5% dari sebelumnya 5,3%.

Dari sisi produk, ekspor minyak nabati (termasuk CPO) tetap kuat dengan pertumbuhan 48,3%, sementara ekspor nikel melonjak 64,7%, tertinggi dalam empat bulan terakhir. Namun, ekspor batu bara turun 21,9% untuk bulan keempat berturut-turut. 

Di sektor manufaktur, ekspor mesin listrik dan peralatan, alas kaki, serta kendaraan menunjukkan pertumbuhan kuat, namun ekspor mesin mekanik melambat tajam.

Meskipun ekspor melemah, surplus perdagangan Indonesia naik menjadi US$ 4,3 miliar pada Maret dari US$3,1 miliar pada Februari. Impor tumbuh 5,3% secara tahunan, dipimpin barang modal tumbuh 27,4% dan barang antara naik 2,1%, meskipun impor barang konsumsi turun 5,8% untuk tiga bulan berturut-turut. 

Dari beberapa data tersebut, Maybank Sekuritas memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan menurun dari tahun lalu. "Kami mempertahankan proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia di angka 4,7% untuk tahun 2025, turun dari 5% pada 2024," ujar Brian. Dia memperkirakan pertumbuhan kuartal pertama turun ke level terendah dalam tiga tahun, yaitu 4,8%, akibat konsumsi rumah tangga yang melemah. 

Baca Juga: Kepercayaan Konsumen Amerika Serikat (AS) Terus Melemah pada Maret

Penurunan kepercayaan konsumen yang signifikan pada Maret akan berdampak lebih lanjut, apalagi sebelum pemberlakuan tarif balasan sebesar 32% dari AS terhadap barang Indonesia.

Tarif tersebut saat ini diturunkan kembali ke 10% untuk masa transisi 90 hari, dengan pengecualian untuk perangkat elektronik dan komponennya. "Hal ini berpotensi memberi dorongan sementara bagi ekspor Indonesia pada kuartal kedua, seiring produsen global memindahkan produksi dari China," pendapat Brian.

Namun, jika tarif 32% tersebut tetap diberlakukan di paruh kedua tahun ini, ekspor dan sektor manufaktur Indonesia terutama yang padat karya akan sangat terdampak. "Dampaknya akan merembet ke konsumsi rumah tangga dan diperparah oleh melemahnya harga komoditas global akibat perang dagang yang berkepanjangan," papar Brian dalam riset.

Saat ini, pemerintah Indonesia tengah bernegosiasi dengan AS untuk mencapai kesepakatan tarif dalam 60 hari ke depan. Indonesia menawarkan peningkatan impor produk energi, pertanian, dan barang modal industri dari AS hingga US$ 19 miliar, pemangkasan tarif untuk produk tertentu, serta reformasi aturan konten lokal.

Pada hari ini (23/4), Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Proyeksi ini mempertimbangkan, pertumbuhan dan inflasi melemah, mengingat tekanan terhadap nilai tukar rupiah. "Kami tetap memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps hingga akhir tahun, menjadi 5,25%, untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," pendapat Brian.

Selanjutnya: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi India Jadi 6,2%

Menarik Dibaca: Daftar Gift Code Ojol The Game 23 April 2025 Paling Baru dari Codexplore

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×