kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,73   3,40   0.38%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cegah perlambatan ekonomi akibat corona, Indef minta investasi digenjot


Minggu, 23 Februari 2020 / 19:56 WIB
Cegah perlambatan ekonomi akibat corona, Indef minta investasi digenjot
ILUSTRASI. umi.kulsum-Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati. KONTAN/Umi Kulsum.Indef: Pertamina akan kehilangan pelanggan bila tidak menurunkan harga Pertamax


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah virus corona telah menggerogoti perdagangan dalam negeri baik ekspor maupun impor. Dus pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 diprediksi akan melambat.

Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, salah satu cara pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi di awal tahun ini adalah dengan mendorong foreign direct investment (FDI) atau investasi langsung ke dalam negeri.

Menurutnya cari ini lebih relevan ketimbang mendorong konsumsi rumah tangga yang berisiko terhadap fiskal.

Baca Juga: CORE imbau percepatan penyaluran bansos untuk batasi dampak virus corona

Menurut Enny, saat ini pemerintah tidak bisa tinggal diam menunggu Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja atau omnibus law cipta kerja diundangkan.

Sebab bakal memakan waktu lama. Harapannya, masalah perizinan investasi di daerah perlu segera disinkronkan dengan pemerintah pusat atau menjadi satu pintu.

Mengingat selain China, Indonesia masih diburu oleh negara lain seperti Singapura, Korea Selatan, dan Jepang. “Menggenjot investasi lebih aman, dan momentumnya ada sebab geopolitik dalam negeri sudah lebih terarah,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Minggu (23/2).

Enny menambahkan, rencana pemerintah untuk mempercepat penyaluran belanja pemerintah dari sisi bantuan sosial (bansos) atau transfer daerah perlu dirancang dengan seksama. Sebab, pada bulan lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat defisit Rp 31,6 triliun.

“Bansos memang itu mudah diucapkan. Bansos butuh uang, shortfall penerimaan cukup besar, dengan surat utang akan meningkatkan risiko sehingga harus hati-hati betul. Jadi tidak serta merta menambah utang, tapi persoalannya dari mana dananya?,” kata Enny.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tersendat virus corona harus cepat disiasati. Indef menilai untuk memperbaiki ekspor yang ketergantungan impor bahan baku dan bahan baku penolong dari China harus diatasi dengan kebijakan fiskal yang koopratif.

“Sekarang ekspor nomor satu komoditas karet dan crude palm oil (CPO) hancur. Sementara ekspor manufaktur juga butuh bahan baku dari China. Ingat 70%-80% bahan baku kita impor,” kata Enny.

Indef mensinyalir sektor paling terdampak corona adalah industri farmasi dan tekstil, sehingga harga jual di pasar domestik naik.

Harga obat-obatan beranjak naik, sedangkan produk tekstil mengalami hambatan padahal saat ini menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Baca Juga: Makin gawat, Korea Selatan naikkan status wabah corona ke level merah

Enny meramal bila pemerintah diam saja, kemungkinan pasokan bahan baku industri dalam dua bulan ke depan masih terganjal.

Ini sudah memperhitungkan, China yang pelan-pelan membuka keran ekspornya ke Indonesia. Sedangkan, untuk mencari substitusi bahan baku sulit mencari yang lebih kompetitif daripada China.

Proyeksi Indef, akibat virus corona pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 berada di level 4,8% atau di bawah prediksi pemerintah yakni sekitaran 5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×