Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
Secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tersendat virus corona harus cepat disiasati. Indef menilai untuk memperbaiki ekspor yang ketergantungan impor bahan baku dan bahan baku penolong dari China harus diatasi dengan kebijakan fiskal yang koopratif.
“Sekarang ekspor nomor satu komoditas karet dan crude palm oil (CPO) hancur. Sementara ekspor manufaktur juga butuh bahan baku dari China. Ingat 70%-80% bahan baku kita impor,” kata Enny.
Indef mensinyalir sektor paling terdampak corona adalah industri farmasi dan tekstil, sehingga harga jual di pasar domestik naik.
Harga obat-obatan beranjak naik, sedangkan produk tekstil mengalami hambatan padahal saat ini menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Baca Juga: Makin gawat, Korea Selatan naikkan status wabah corona ke level merah
Enny meramal bila pemerintah diam saja, kemungkinan pasokan bahan baku industri dalam dua bulan ke depan masih terganjal.
Ini sudah memperhitungkan, China yang pelan-pelan membuka keran ekspornya ke Indonesia. Sedangkan, untuk mencari substitusi bahan baku sulit mencari yang lebih kompetitif daripada China.
Proyeksi Indef, akibat virus corona pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 berada di level 4,8% atau di bawah prediksi pemerintah yakni sekitaran 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News