Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Dari wilayah-wilayah yang telah memasuki musim kemarau tersebut, 30% ZOM telah mengalami kondisi kering berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) atau deret hari kering bervariasi antara 21 sampai 30 hari, 31 sampai 60 hari, dan di atas 61 hari.
“HTH terpanjang terjadi di Oepoi, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur selama 70 hari. Sementara itu, prediksi Hujan BMKG hingga 9 (Sembilan) bulan ke depan menunjukan musim kemarau secara umum akan berlangsung hingga bulan Oktober 2020,” imbuh Herizal.
Meski demikian, daerah yang tidak atau belum mengalami kemarau juga perlu mewaspadai adanya potensi curah hujan dengan kriteria Tinggi hingga Sangat Tinggi dalam 4 (empat) bulan ke depan, demikian Herizal mengingatkan.
Baca Juga: Cuaca hari ini di Jawa Barat sebagian besar hujan, awas kilat dan petir
Daerah tersebut meliputi: sebagian Aceh, Sumbar, Kalbar, Kaltara, Sultra, Sulteng; Sulbar; Maluku Utara; Papua Barat dan sebagian Papua (pada bulan Juli 2020), sebagian Aceh, Sumbar, Kalbar, Kaltara, Sulbar, Maluku Utara; Papua Barat dan Sebagian Papua (pada bulan Agustus 2020), Aceh, sebagian Sumut, Sumbar, Kalbar dan Kaltara, Sulbar, Papua Barat dan sebagian Papua (September 2020), Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Kalbar, Kaltara, Sulbar, Papua Barat dan sebagian besar Papua (Oktober 2020).
Potensi itu didasarkan pada kondisi suhu muka air laut perairan Indonesia yang masih cukup hangat, sehingga men-suplay cukup uap air ke atmosfer akibat proses penguapan.
Sementara itu, aktivitas gelombang ekuator tropis (Gelombang Kelvin dan Rossby) serta aliran massa udara Samudera Pasifik yang masuk ke Indonesia, berpotensi menimbulkan peningkatan aktivitas pembentukan awan konvektif di Indonesia sebelah utara ekuator, terutama di Indonesia bagian timur dan tengah.