Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) main hawkish. The Fed dini hari tadi mengumumkan kenaikan suku bunga kebijakannya sebesar 75 basis poin (bps) dan merupakan yang tertinggi sejak November 1994.
Dengan kenaikan ini, membawa suku bunga kebijakan The Fed untuk saat ini berada di kisaran 1,5% hingga 1,75%. Adapun, langkah ini dilakukan untuk menekan laju inflasi di AS.
Melihat kondisi tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo kembali meralat perkiraannya terkait arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Perry memperkirakan, suku bunga kebijakan The Fed ada di posisi 3,5% pada akhir tahun 2022.
“Melihat perkembangan-perkembangan terbaru, suku bunga kebijakan The Fed kami perkirakan pada akhir tahun ini naik menjadi 3,5%, atau lebih tinggi dari perkiraan semula yang sebesar 3,25%,” jelas Perry dalam pembacaan hasil rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (23/5).
Baca Juga: BI Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Menjadi 3% yoy
Perry meyakini The Fed akan kembali mengerek suku bunga kebijakan pada tahun 2023 sebesar 50 basis poin (bps). Sehingga demikian, suku bunga kebijakan The Fed pada tahun depan bisa berada di kisaran 4%.
Sebenarnya, peningkatan suku bunga kebijakan ini tak hanya dilakukan oleh The Fed saja. Beberapa bank sentral negara lain juga mengerek suku bunga kebijakan di tengah peningkatan inflasi yang signifikan.
Perry menyebut, pengetatan kebijakan moneter ini karena negara-negara tersebut tidak memiliki ruang fiskal yang memadai untuk menaikkan subsidi dalam menjangkar inflasi. Untuk itu, kebijakan suku bunga inilah yang dipilih.
Sayangnya, kenaikan suku bunga berpotensi menurunkan permintaan dan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Perry pun memandang ini menjadi salah satu faktor yang menjegal progres pemulihan ekonomi global.
Baca Juga: Bank Indonesia Menahan Suku Bunga Acuan di 3,5%, Meski The Fed Agresif
Dengan pengetatan kebijakan suku bunga sebagai salah satu penyebabnya, Perry pun meralat proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 menjadi 3% yoy. Padahal sebelumnya, Perry yakin pertumbuhan ekonomi global bisa mencapai 3,4% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News