Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp 12.100 per dollar Amerika Serikat (AS) hanyalah sementara saja. Pelemahan rupiah terjadi karena momentum akhir tahun saja.
"Kalau di Indonesia, ada sedikit pelemahan, itu karena akhri tahun pembelian valas cukup banyak. Tapi kalau sudah dilewati kebutuhan untuk akhir tahunnya, akan bisa kembali normal," ujar Agus di Kantor Presiden, Kamis (19/12).
Namun, meskipun pelemahan rupiah tidak berlangsung lama, Agus tetap mengingatkan agar pemerintah tetap harus memperbaiki kondisi perekonomian di Indonesia. Pemerintah harus memperhatikan transaksi berjalan yang saat ini masih defisit. "Jadi harus ada juga upaya reformasi perbaikannya," tegas Mantan Menteri Keuangan ini.
Sementara hal yang harus diantisipasi dari luar negeri adalah perbaikan ekonomi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat. Bila perbaikan ekonomi AS terus terjadi, maka ada potensi suku bunga di negara Paman Sam akan dinaikkan lagi.
Kondisi itu berpotensi kembali seperti pada tahun 2004-2005 dimana tingkat bunga terus meningkat dan itu berdampak luas pada pasar di dunia.
Terkait tapering off, Agus bilang, kondisi dan respon dunia sejauh ini cukup baik. Jadi tren pasar dunia ke arah perbaikan. Kendati begitu, Indonesia juga harus menjaga semua program moneter fiskal dan sektor rill tetap terjaga agar kondisi lebih baik.
Agus bilang, pemerintah telah memperhitungkan dan mengantisipasi taperinf off ini dengan baik. Apalagi Bank Sentral AS, The Fed hanya mengurangi US$ 10 miliar per bulan. Agus mengatakan, masih ada investor yang membeli surat berharga Indonesia.