Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku tidak hawatir dengan keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (Fed) yang telah mengurangi pembelian surat berharga di emerging market.
Chatib menilai, jika melihat respons pasar atas keputusan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) tadi malam cukup positif.
Menurut Chatib, pasar sudah memperhitungkan keputusan The Fed sejak jauh hari. Dengan demikian, respons pasar hari ini sudah price in dengan kebijakan The Fed.
Hal itu terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pemnbukaan pagi hari tadi dibukan positif, naik sebesar 0,94% menjadi 4.235,3.
Pergerakan rupiah hari ini juga menurutnya tidak begitu menghawatirkan, karena masih berada di kisaran Rp 12.000 per Dollar AS, seperti beberapa hari sebelumnya.
Kalau pun dalam beberapa hari kedepan nilai tukar rupiah bergerak terus melemah, Chatib mengaku pihaknya sudah menyiapkan sejumlah langkah yang disiapkan.
“Kita kan punya crisis manajemen protocol, itu akan digunakan kalau diperlukan,” ujar Chatib di Istana Negara, kamis (19/12).
Waspadai pelemahan rupiah
Meski begitu, menurut Ekonom Bank International Indonesia (BII) Juniman, pemerintah harus tetap mewaspadai pelemhan nilai tukar rupiah.
Bahkan, menurutnya Bank Indonesia (BI) harus melakukan intervensi di pasar uang. Tujuannya, supaya pelemahan nilai tukar rupiah dijaga dilevel yang aman.
Jika tidak, pelemhan nilai tukar rupiah berpotensi melemah hingga level Rp 12.500 per Dollar AS. Meski demikian, Juniman melihat ada dampak positif dari kebijakan The Fed.
Salah satunya adalah nilai ekspor yang bisa didorong naik. "Tapering off dilakukan karena ekonomi AS membaik. Itu artinya, permintaan ekspor Indonesia juga bisa meningkat," ujarnya.
Sementra itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar optimistis, kebijakan tapering off The Fed tidak akan berdaampak buruk terhadap tingkat investasi ke Indonesia utamanya Foreign Direct Investment (FDI). Sebab, yang dilihat investor hanyalah fundamental ekonomi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News