CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.782   35,00   0,21%
  • IDX 8.385   -32,29   -0,38%
  • KOMPAS100 1.163   -2,62   -0,22%
  • LQ45 848   -2,40   -0,28%
  • ISSI 292   -1,69   -0,57%
  • IDX30 443   -1,81   -0,41%
  • IDXHIDIV20 514   -0,12   -0,02%
  • IDX80 131   -0,55   -0,42%
  • IDXV30 136   -0,84   -0,61%
  • IDXQ30 142   0,29   0,21%

BGN Minta Pemda Manfaatkan Lahan untuk Bertani dan Beternak Guna Memasok MBG


Selasa, 18 November 2025 / 11:16 WIB
BGN Minta Pemda Manfaatkan Lahan untuk Bertani dan Beternak Guna Memasok MBG
ILUSTRASI. Badan Gizi Nasional (BGN) meminta kepada pemerintah daerah untuk memanfaatkan lahan kosong untuk bertani dan beternak. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/bar


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Gizi Nasional (BGN) meminta kepada pemerintah daerah untuk memanfaatkan lahan kosong untuk bertani dan beternak. Tujuannya untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) sekaligus mencegah inflasi pangan. 

“Gerakan ini untuk membantu menyiapkan bahan baku pangan yang dibutuhkan program Makan Bergizi Gratis (MBG), agar tidak menyebabkan inflasi,” kata Wakil Kepala Badan Gizi Nasional Nanik Sudaryati Deyang dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2025, di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin (17/11/2025).

Nanik mengakui saat ini ada kenaikan harga beberapa komoditas pangan, seiring dengan permintaan bahan pangan untuk MBG yang terus meningkat. 

Menurut Nanik, penyediaan bahan baku MBG bisa menjadi masalah di daerah jika memicu inflasi. 

Baca Juga: BGN Sebut Dana Rp 20 Triliun dari Danantara Dipakai untuk Biayai Peternak Ayam

“Sekarang harga wortel sudah sangat tinggi. Harga eceran wortel di pasar sudah mencapai Rp 23.000-25.000 per kilogram. Di Ciwidey harga kentang di tingkat petani Rp 8.000, sementara di pasar Rp 10.000-11.000 per kilogram. Sedangkan di Dieng, di pasar Rp 12.000, padahal biasanya Rp 18.000 per kilogram,” ujarnya. 

Kenaikan harga pangan salah satunya diakibatkan oleh penggunaan bahan baku oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Padahal, saat ini telah tercatat sebanyak 15.211 SPPG terverifikasi dan 13.953 SPPG operasional dengan total 43 juta penerima manfaat MBG. 

Jumlah ini, kata Nanik, akan terus bertambah, sehingga berpengaruh besar dalam penyerapan bahan baku dan harga komoditas di pasar. 

Pasalnya, program MBG memiliki andil besar dalam perubahan harga komoditas di pasar, BGN akan membuat kebijakan kepada SPPG berdasarkan kondisi bahan baku di daerah.

“Jadi nanti kalau harga komoditas jatuh, kita instruksikan ke SPPG untuk menggunakan komoditas itu. Untuk harga yang naik, kita juga akan tekan agar mengurangi penggunaan bahan itu,” kata Nanik.

Baca Juga: BGN Bantah Distribusi Susu MBG di Lampung Sudah Kadaluwarsa

Beberapa insiden keamanan pangan juga membuat beberapa SPPG cenderung memilih bahan baku yang aman dan familiar dikonsumsi masyarakat. 

“Substitusi kurang dilakukan, terutama setelah terjadi beberapa insiden keamanan pangan. SPPG cenderung menggunakan bahan yang aman dan itu-itu saja,” kata Nanik. 

Untuk mengendalikan ketersediaan bahan baku, Nanik mendorong SPPG mendiversifikasi bahan baku dalam menu MBG yang dibuat.  

“Saya juga akan meminta Sistakol (Kedeputian Sistem dan Tata Kelola BGN) agar mendorong diversifikasi MBG oleh SPPG-SPPG agar dapat menekan harga pasar, terutama di Bulan Desember, menjelang Nataru,” katanya. 

Selanjutnya: Rio Tinto Pangkas Produksi Alumina Yarwu Untuk Perpanjang Usia Pabrik

Menarik Dibaca: Promo Tsuka Ramen Cuma 3 Hari: Makin Banyak Huruf Nama Depan, Makin Gede Diskonnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×