kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.255   69,00   0,43%
  • IDX 6.901   35,74   0,52%
  • KOMPAS100 1.004   4,88   0,49%
  • LQ45 768   3,99   0,52%
  • ISSI 227   1,02   0,45%
  • IDX30 396   2,65   0,67%
  • IDXHIDIV20 457   1,32   0,29%
  • IDX80 113   0,52   0,46%
  • IDXV30 114   -0,13   -0,12%
  • IDXQ30 128   0,82   0,64%

Beda Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2026 Kemenkeu, Bappenas & BI, Mana yang Realistis?


Senin, 07 Juli 2025 / 20:24 WIB
Beda Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2026 Kemenkeu, Bappenas & BI, Mana yang Realistis?
ILUSTRASI. Sejumlah truk kontainer melintas di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/4/2025). Pemerintah, bank sentral dan lembaga internasional memiliki padangan berbeda soal proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Pemerintah, bank sentral dan lembaga internasional memiliki padangan berbeda soal proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026. 

Dalam sepekan terakhir, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian PPN/Bappenas, dan Bank Indonesia menyampaikan paparan di hadapan DPR, ihwal ragam estimasi pertumbuhan yang menggambarkan optimisme dan kehati-hatian.

Kemenkeu misalnya mematok target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2%–5,8% pada 2026, sedikit lebih tinggi dibanding target tahun ini yang sebesar 5,2%. Namun, angka ini tidak sejalan dengan proyeksi lembaga pemerintah lainnya.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Kementerian PPN/Bappenas justru menargetkan pertumbuhan lebih tinggi, yakni di rentang 5,8%–6,3%.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Hadapi Tekanan Global, Pertumbuhan 2025 Diproyeksi di Bawah Target

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) lebih berhati-hati. BI menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 di kisaran 4,7%–5,5%, dengan nilai tengah 5,02%, mengacu pada tren pemulihan global yang masih rapuh.

Dari sisi eksternal, Bank Dunia justru lebih pesimistis. Dalam laporan Global Economic Prospects (GEP) edisi Juni 2025, Bank Dunia mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,7% untuk 2025, dan baru akan naik perlahan menuju 5% pada 2027.

Artinya, untuk tahun 2026, pertumbuhan Indonesia diperkirakan masih akan di bawah 5%.

Hal ini kiranya masih selaras jika melihat realisasi sampai kuartal I-2025 ekonomi hanya tumbuh 4,87% di bawah target pemerintah tahun ini 5,2%. Belum loga dengan mencuatnya perang dagang dan perang militer.

Bank Dunia menyoroti beberapa risiko utama yang akan menekan kinerja ekonomi kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Di antaranya adalah ketidakpastian kebijakan perdagangan global, penurunan kepercayaan pelaku usaha, dan melemahnya permintaan dari negara maju dan China.

Baca Juga: Jadi 4,7%, Sri Mulyani Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2025

“Meskipun beberapa negara seperti Indonesia mendapat dorongan dari belanja sosial dan investasi publik, efek negatif dari meningkatnya hambatan dagang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi,” tulis Bank Dunia dalam laporan yang dikutip Rabu (11/6).

Merespons beragam estimasi tersebut, Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto menyebut bahwa proyeksi Bank Dunia soal pertumbuhan ekonomi Indonesia paling realistis.

"Namun sayangnya jika ekonomi Indonesia hanya tumbuh di bawah 5% di tahun depan (2026), maka Indonesia akan semakin sulit tinggal landas menuju negara maju di 2045," ungkap Eko kepada Kontan, Senin (7/7).

Ia menekankan perlunya reformasi yang lebih agresif untuk memperkuat daya saing, menarik investasi, dan mendorong ekspor nonmigas.

Di sini sebenarnya ada kesempatan Indonesia untuk lebih pro aktif mendorong perdagangan di Kawasan (seperti ASEAN), maupun mengoptimalkan peran di BRICS untuk menarik minat investasi dan perdagangan.

Baca Juga: Sri Mulyani Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini jadi 4,7%-5%

Dengan itu, peluang ekonomi sektor perdagangan membaik masih terbuka. Di sisi lain, domestik juga perlu lebih kompetitif untuk menjadi magnet relokasi industri negara-negara maju.




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×