kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Strategi Menghadapi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Tertekan


Senin, 05 Mei 2025 / 19:13 WIB
Strategi Menghadapi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Tertekan
ILUSTRASI. Pertumbuhan Ekonomi Lanskap kawasan bisnis di kota Jakarta, Senin (5/5/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 mencapai 4,87%. Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 5.695,9 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp 3.264.5 triliun pada kuartal I-2025. Jika dibandingkan dengan kuartal IV-2024, perekonomian Indonesia terkontraksi 0,98%. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/05/05/2025


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup signifikan, dengan diperlukannya penyesuaian kebijakan dan alokasi anggaran yang lebih fokus kepada program-program jangka pendek yang bisa langsung meningkatkan lapangan kerja serta daya beli masyarakat.

Wijayanto Samirin, Ekonom Universitas Paramadina, menjelaskan bahwa proyeksi yang dikeluarkan dari IMF  yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonmi Indonesia akan mencapai 4,7% adalah hal yang masuk akal, asalkan tidak ada inovasi kebijakan yang dramatis.

“Artinya, Impian Indonesia Emas 2045 perlu kita revisi, target pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029 menjadi semakin tidak realistis,” ujar Wijayanto kepada Kontan.co.id, Senin (5/5).

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Dinilai Kuat Meski Tumbuh Melambat 4,87% di Kuartal I-2025

Lebih lanjut, Wijayanto menegaskan pentingnya melakukan kalibrasi terhadap berbagai program besar yang mahal dan berdampak jangka panjang.

Ia memberikan saran agar lebih banyak anggaran dan sumber daya diberikan kepada program-program berorientasi pada jangka pendek, yang dapat memberikan efek langsung pada penciptaan lapangan kerja dan daya beli masyarakat.

“IKN, MBG, 3 Juta rumah, Koperasi Merah Putih, Danantara, dll perlu ditinjau ulang,” tegas Wijayanto.

Wijayanto juga menekankan pentingnya mendorong proyek-proyek konstruksi yang padat karya, serta mengembalikan anggaran PU ke kondisi semula.

Menurutnya, pemotongan masif untuk anggaran perjalanan dinas dan meeting harus disesuaikan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2025 Paling Lambat dalam 3 Tahun Terakhir

“Efisiensi adalah bagus tetapi jangan terlalu dramatis karena akan mematikan ekosistem ekonomi tertentu,” tambah Wijayanto.

Wijayanto juga mengingatkan bahwa perlu ada peningkatan transfer dana ke daerah, dengan perbaikan dalam pengawasan untuk mengurangi potensi korupsi.

Ia juga menekankan perlunya MBG untuk lebih melibatkan UMKM, serta juga mengurangi pendekatan yang sentralistis dan top down untuk mencapai hasil yang lebih optimal.

Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 6,3% di 2026, Pemerintah Butuh Rp 8.297 Triliun

Selanjutnya: Bahaya Haji dengan Visa Non-Haji, Kemenag : Sanksi Deportasi Mengintai

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (6/5): Cerah hingga Diguyur Hujan Ringan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×