Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti terkait kelompok Gen Z (lahir antara 1997-2012) yang saat ini kisaran umur 12-28 tahun, yang banyak tidak terserap lapangan pekerjaan.
Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan INDEF, Salsabila Azkia Farhani mengungkapkan, banyak kelompok Gen Z yang tidak terserap lapangan pekerjaan ini bisa menjadi boomerang bagi perekonomian.
“Dari banyaknya tingkat pengangguran terbuka untuk kelompok Gen Z, bisa menjadi boomerang bagi pertumbuhan ekonomi, karena menjadi beban bagi demografi kita,” tutur Salsabila dalam Diskusi INDEF, Rabu (28/5).
Padahal ia menambahkan, Gen Z menjadi kontributor utama bonus demografi di Indonesia. Seharusnya, sebagai generasi yang lahir dan tumbuh di era digital dan industry 4.0, Gen Z memiliki potensi besar sebagai motor penggerak perekonomian.
Baca Juga: Riset Ipsos Indonesia Sebut Gen Z dan Milenial Paling Aktif Gunakan Bank Digital
Salsabila juga mengungkapkan, tingginya pengangguran usia muda (15-14 tahun) bukan hanya persoalan ketersediaan lapangan kerja, tetapi adanya mismatch antara kebutuhan industri dengan kompetensi lulusan muda, utamanya bagi sektor manufaktur.
“Karena lapangan kerja saat ini banyak membutuhkan kompetensi atau kualifikasi sangat demanding untuk Gen Z. sehingga ketika skill yang dimiliki Gen Z tidak bisa memenuhi, akan menjadi boomerang,” jelasnya.
Ia mencatat, berdasarkan data Not in Employment, Education, or Training (NEET) tahun 2021-2024, golongan muda yang tidak bekerja atau tidak berada di pendidikan dan pelatihan mencapai 20,31%, meski persentasenya menurun dari 2023 sebesar 22,25%, manun menurunnya tingkat NEET masih tinggi.
Baca Juga: Kenali Apa Itu Generasi Beta dan Perbedaan dari Gen Z hingga Milenial
Penyebab NEET masih tinggi adalah kurangnya kolaborasi dengan industri, minimnya magang, dan model pembelajaran berbasis produksi atau jasa di tingkat sekolah vokasi atau SMK. Hal ini sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka di tingkat SMK yang masih tinggi mencapai 9,01%.
“Pemerintah perlu konsen lagi pada golongan usia muda, seperti memberikan program pelatihan. Meski sudah ada program Pra Kerja, namun perlu ada evaluasi karena bisa memberikan dampak negatif juga,” ungkapnya.
Baca Juga: Wow! Gen Z Diramal Bakal Menjadi Generasi Terkaya di 2040, Cek Alasannya
Selanjutnya: Lo Kheng Hong Bisa Kantongi Rp 49,06 Miliar dari Dividen PGAS
Menarik Dibaca: Social Garden dari Ismaya Group, Jadi Ruang Bagi Komunitas Fashion Jakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News