kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   16.000   0,82%
  • USD/IDR 16.300   2,00   0,01%
  • IDX 7.549   58,54   0,78%
  • KOMPAS100 1.074   11,78   1,11%
  • LQ45 797   1,67   0,21%
  • ISSI 255   1,37   0,54%
  • IDX30 411   0,99   0,24%
  • IDXHIDIV20 469   -0,57   -0,12%
  • IDX80 120   0,13   0,11%
  • IDXV30 124   -0,14   -0,11%
  • IDXQ30 131   -0,05   -0,04%

Mesin Ekonomi Indonesia Belum Ngebut, Output Gap Masih Mengaga


Jumat, 08 Agustus 2025 / 11:30 WIB
Mesin Ekonomi Indonesia Belum Ngebut, Output Gap Masih Mengaga
ILUSTRASI. Kawasan bisnis dan perkantoran di Jakarta, Kamis (9/1/2025).pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/09/01/2024. HSBC Global Research menilai pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025 merupakan capaian positif, namun belum cukup menutup kesenjangan output.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. HSBC Global Research menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 yang mencapai 5,12% merupakan capaian positif, namun belum cukup untuk menutup kesenjangan output (output gap) yang masih negatif.

Chief Indonesia and India Economist, HSBC Global Research, Pranjul Bhandari menekankan, pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkelanjutan diperlukan agar kapasitas ekonomi dapat dimanfaatkan secara optimal.

"Apakah fakta bahwa pertumbuhan PDB kuartal II lebih tinggi daripada pertumbuhan kuartal I cukup baik? Jawaban saya tidak. Itu tidk cukup baik karena kita melihat kesenjangan output terus negatif. Kita menginginkan pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih lama agar kesenjangan ouput ini tertutup," ujar Pranjul dalam Media Briefing secara virtual, Jumat (8/8).

Pranjul menjelaskan, perbaikan ekonomi saat ini banyak ditopang sektor informal, yang diuntungkan oleh inflasi rendah, produksi pertanian yang kuat, kenaikan upah, dan bantuan sosial pemerintah. 

Baca Juga: Ekonom HSBC Ungkap Sektor Informal Jadi Penyelamat Ekonomi Indonesia pada 2025

Sementara itu, sektor formal seperti industri otomotif dan barang tahan lama masih lemah.

Meski pemerintah telah mengeluarkan berbagai stimulus, ia menilai kunci percepatan pertumbuhan ada pada investasi korporasi.

"Yang benar-benar kita butuhkan adalah peningkatan investasi korporasi. Karena ketika investasi korporasi meningkat, kapasitas ekonomi untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja dengan upah tinggi akan meningkat," katanya.

Ia juga melihat peluang dari perombakan rantai pasok global, terutama di sektor manufaktur menengah seperti tekstil, garmen, alas kaki, dan furnitur. 

Menurutnya, reformasi infrastruktur, perluasan perjanjian dagang, peningkatan keterampilan tenaga kerja, dan penyederhanaan proses bisnis dapat menarik arus masuk investasi asing langsung (FDI) dalam 2–3 tahun mendatang.

Baca Juga: Super App BRImo Catatkan Volume Transaksi Rp 3.231 Triliun pada Semester I-2025

Selanjutnya: Kecerdasan Buatan (AI) Semakin Masif, Arsitek Harus Melek Teknologi

Menarik Dibaca: 8 Makanan Sehat Pencegah Kanker yang Bisa Anda Coba Konsumsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×