Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akan melebar menjadi US$ 12,61 miliar di tahun 2025.
Josua mengatakan, proyeksi current account deficit itu setara dengan 0,87% dari produk domestik bruto (PDB).
"Meskipun lebih dalam dibandingkan realisasi tahun 2024 yang sebesar 0,61% dari PDB, tapi tingkat defisit ini masih tergolong moderat dan manageable," ungkap Josua kepada Kontan, Kamis (22/5).
Josua melanjutkan, beberapa faktor utama yang diperkirakan mempengaruhi pelebaran defisit transaksi berjalan di 2025 adalah membaiknya kinerja ekspor secara bertahap.
Meskipun begitu, ekspor Indonesia masih tertahan oleh harga komoditas global yang belum sepenuhnya pulih, terutama dari sektor batubara dan CPO (Curde Palm Oil).
Baca Juga: BI Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan 2025 Terjaga di Kisaran 0,5% - 1,3% dari PDB
Lalu ada juga peningkatan permintaan impor barang modal dan konsumsi, seiring pemulihan ekonomi domestik di paruh kedua 2025.
Terakhir, melebarnya defisit pendapatan primer akibat dominasi kepemilikan asing di instrumen keuangan domestik.
"Melihat proyeksi tahunan 2025, neraca transaksi berjalan diperkirakan akan mengalami defisit US$ 12,61 miliar," tegas Josua.
Adapun, jika melihat realisasi neraca transaksi berjalan pada kuartal I-2025 yang defisit melebar sebesar US$ 0,18 miliar atau 0,05% terhadap PDB. Ini menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan defisit pada kuartal IV 2024, dengan defisit sebesar US$ 1,13 miliar atau setara 0,31% terhadap PDB.
Perbaikan ini didorong oleh surplus neraca barang yang lebih besar, terutama karena aktivitas impor yang melambat sebagai respons terhadap pelemahan permintaan domestik. Meskipun demikian, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer masih membebani kinerja transaksi berjalan.
Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Turun Jadi US$ 0,2 Miliar pada Kuartal I 2025
Defisit jasa meningkat akibat melemahnya kunjungan wisatawan mancanegara, sedangkan defisit pendapatan primer melebar seiring meningkatnya pembayaran imbal hasil investasi portofolio asing di pasar domestik.
Selanjutnya: Wamenaker: Sudah Ada Ratusan Mantan Buruh Sritex Bekerja di Pabrik Baru
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (23/5), Daerah di Jakarta Ini Waspada Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News