kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank Dunia: Pertumbuhan ekonomi Indonesia harus 9%


Senin, 23 Juni 2014 / 14:38 WIB
Bank Dunia: Pertumbuhan ekonomi Indonesia harus 9%
ILUSTRASI. Hari Valentine


Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bank Dunia melaporkan, jika ekonomi tumbuh di bawah 5-6 %, Indonesia tidak akan lepas dari apa yang disebut jebakan kelas menengah (middle income trap).

Direktur Bank Dunia untuk Indonesua, Rodrigo Chaves menuturkan, situasi seperti itu dialami oleh banyak negara yang pada awalnya tumbuh dengan cepat, kemudian stagnan selama lebih dari satu dekade.

"Namun dengan pertumbuhan mendekati 9 % Indonesia dapat menghindari perangkat tersebut, dan masuk dalam kelompok negara-negara berpenghasilan tinggi pada 2030," katanya, di Jakarta, Senin (23/6).

Dalam sebuah laporan Bank Dunia yang ditulis Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiome Diop, disebutkan bahwa Indonesia perlu memperhatikan masalah internal dan eksternal untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Hal itu agar, Indonesia tidak mengulang pengalaman negara-negara berpenghasilan menengah yang terjebak, seperti Brasil, dan Afrika Selatan.

Ndiome menjelaskan, Brasil tumbuh pesat pada 1960 dan 1970an. Namun memasuki 1981 ketika PDB mencapai 3.939 dollar AS, Brazil mengalami perlambatan berkepanjangan hingga 2004. Afrika Selatan pun, lanjutnya mengalami tren serupa.

Ndiome menyatakan, Afsel mengalami pertumbuhan ekonomi pesat selama 20 tahun, namun memasuki 1990an pertumbuhan ekonominya sangat rendah. Bahkan, selama 32 tahun terakhir pendapatan perkapita masyarakatnya hanya naik 400 dollar AS.

"Mereka kehilangan 20 tahun sehingga mengambang. Sehingga, kedua negara ini belum bergabung, dengan negara-negara berpenghasilan tinggi," katanya. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×