kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apa itu resesi ekonomi dan dampaknya yang resmi dialami Indonesia?


Kamis, 05 November 2020 / 14:04 WIB
Apa itu resesi ekonomi dan dampaknya yang resmi dialami Indonesia?
ILUSTRASI. Mata uang Euro.


Penulis: Virdita Ratriani

Resesi adalah penurunan PDB suatu negara dua kuartal berturut-turut.

Ada beberapa yang menyebabkan resesi, mulai dari goncangan ekonomi secara tiba-tiba hingga dampak dari inflasi yang tidak terkendali.  Berikut beberapa penyebab resesi:

1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba

Wabah virus corona yang memukul sektor ekonomi di seluruh dunia, adalah contoh yang lebih baru dari goncangan ekonomi yang tiba-tiba. Contoh lain, pada 1970-an, OPEC memutus pasokan minyak ke AS tanpa peringatan, menyebabkan resesi, belum lagi adanya antrean tak berujung di pompa bensin.

2. Utang yang berlebihan

Ketika individu atau dunia usaha mengambil terlalu banyak utang, mereka bisa terjebak ke gagal bayar utang.  Terjadinya gagal bayar ini lah yang membuat kebangkrutan dan membalikkan perekonomian. 

Baca Juga: Harga minyak mentah ambles 1,6% setelah Partai Republik kembali kuasai Senat AS

3. Gelembung aset

Investasi berlebihan di pasar saham atau real estate diibaratkan seperti gelembung yang bisa membesar. Ketika gelembung meletus, terjadi penjualan dadakan yang dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi. 

4. Terlalu banyak inflasi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.  Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi. 

Pada 1970-an, inflasi yang tidak terkendali menjadi masalah di AS. Bank sentral AS atau The Fed pun dengan cepat menaikkan suku bunga, yang menyebabkan resesi.

Baca Juga: Indonesia resesi, rupiah tetap menguat ke Rp 14.435 per dolar AS pada tengah hari ini

5. Terlalu banyak deflasi 

Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga. Ketika siklus deflasi tidak terkendali, orang-orang dan bisnis berhenti belanja, yang akibatnya merongrong perekonomian.

Contohnya, pada 1990-an, Jepang harus berjuang melawan deflasi yang membuatnya terpuruk dalam resesi. 

6. Perubahan teknologi

Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tetapi mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi. 

Pada abad ke-19, Revolusi Industri membuat seluruh profesi tergusur teknologi, memicu resesi dan masa-masa sulit. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa AI dan robot dapat menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.

Baca Juga: Perekonomian kuartal III-2020 minus 3,49% yoy, Indonesia resesi




TERBARU

[X]
×