kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Waspada, Sri Mulyani perkirakan tekanan APBN 2019 akan berulang di tahun ini


Selasa, 28 Januari 2020 / 18:49 WIB
Waspada, Sri Mulyani perkirakan tekanan APBN 2019 akan berulang di tahun ini
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) didampingi Wakil Menteri Suahasil Nazara (kiri).


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permulaan tahun 2020 tak memberi sinyal positif bagi perbaikan perekonomian global maupun domestik tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memandang, besar kemungkinan situasi APBN dan perekonomian sepanjang tahun ini akan diselimuti tekanan yang sama seperti sepanjang tahun 2019 lalu.

Dalam paparannya mengenai Realisasi APBN 2019 dan Outlook Perekonomian 2020 dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, hari ini Selasa (28/1), Sri Mulyani menjelaskan bahwa berbagai sentimen negatif global menjadi sumber tekanan utama pada penerimaan negara, terutama penerimaan perpajakan.

Baca Juga: KSSK: Stabilitas sistem keuangan Indonesia kuartal IV-2019 masih terkendali

“Penerimaan pajak jadi terpukul oleh tiga faktor utama yaitu harga ICP (minyak mentah) yang lebih rendah dari asumsi, nilai tukar rupiah yang lebih kuat dari asumsi, dan realisasi lifting minyak dan gas yang tidak mencapai target atau lebih rendah,” tuturnya.

Sementara tahun ini, pemerintah telah menetapkan asumsi dasar makroekonomi dalam APBN 2020 yang meliputi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, inflasi 3,1%, bunga SPN sebesar 5,4%, nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.400 per dollar AS, harga ICP sebesar US$ 63 per barel, dan lifting minyak dan gas masing-masing 755.000 dan 1,191 juta barel per hari.

Sri Mulyani menuturkan, kenyataannya sejauh ini hampir seluruh realisasi dari asumsi dasar makroekonomi tersebut mengalami deviasi.

“Kita melihat harga minyak masih berkisar di antara US$ 50 per barel, jadi hampir US$ 10 selisihnya di bawah asumsi. Kurs kita juga di bawah kisaran Rp 14.000 sehingga sekali lagi, kita akan mengalami deviasi,” ujar Sri Mulyani.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×