Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
Apalagi, arus modal asing yang masuk ke dalam pasar keuangan Indonesia (capital inflow) masih relatif kuat sampai saat ini sehingga memberi sokongan pada nilai tukar rupiah. Sementara dari sisi lifting minyak dan gas, Sri Mulyani hampir yakin asumsi dalam APBN 2020 akan kembali gagal terpenuhi seperti tahun sebelumnya lantaran kinerja eksplorasi dan penemuan sumur-sumur baru dinilai kurang menjanjikan.
“Sehingga tahun 2020 ini kita akan mendapatkan repeating situation (situasi yang berulang) di mana harga ICP dan nilai tukar, serta lifting migas akan memberikan downside risk pada pertumbuhan penerimaan perpajakan kita,” lanjut Sri Mulyani.
Baca Juga: Defisit APBN Melebar, Utang Membesar
Meski demikian, ia mengatakan bahwa APBN 2020 akan tetap mengambil peran sebagai instrumen untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap di atas 5%. Ia juga berharap bahwa pelonggaran moneter melalui penurunan suku bunga acuan dan pelonggaran makroprudensial bisa segera tertransmisikan ke perekonomian dalam bentuk pertumbuhan kredit yang lebih tinggi di tahun ini.
“Menghadapi situasi seperti ini, tema tahun ini masih akan sama di mana APBN sebagai instrumen fiskal yang dengan space yang dimiliki harus melakukan countercyclical apabila perekonomian memang membutuhkannya,” tandas Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News